Syekh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atha’illah As-Sakandari dalam kitab AL Hikam menyatakan;
Ashlu kulli ma’shiyatin wa ghaflatin wa syahwatin al-rida ‘an al-nafs. Wa ashlu kulli tha’atin wa yaqadzatin wa ‘iffatin ‘adam al-ridla anin nafs’. Fa laa an tashaba jaahilan la yardho an nafsihi, khoirun min antashaba ‘aaliman yardhoo anha auw kamaa qol.
Ulama legendaris yang karya-karyanya banyak dibaca di pesantren-pesantren di seantero dunia yakni al Imam As Saqandari menyatakan, pokok atau dasar segala kemaksiatan, pelanggaran, penentangan dan asal daripada sebuah lupa tidak bisa menjaga diri dan syahwat, karena rela ridho dikontrol, disetir oleh nafsunya, keinginannya, ambisinya. Tidak bisa mengontrol nafsu, ambisi dan shawat, inilah merupakan asal pokok dari segala kemaksiatan. Lupa atas jati diri siapa kita sesungguhnya?
Dan sebaliknya, asal pokok daripada ketaatan, ketundukkan, menghormati, baik pada pimpinan, pemerintah atau sesama adalah karena berdasar tidak ridho, tidak mau dikontrol oleh nafsunya.
Jadi, nafsu inilah biang kerok dari segala keruwetan bahkan bang kerok dari pada segala ketidaktaatan. Muslimat yang sudah berusia 78 tahun, yang kita ketahui Muslimat adalah ibu-ibu.
Tadi sudah dikatakan, An nisa’ imadul bilad, al marátu imadul bilad. Ada sebuah syair mengatakan An nisa’u madrosatun in a’dat talaha a’datha dilan tibal athrof, tiibal a’rofh.
Wanita dan hampir semua manusia-manusia yang terbaik, Rasulullah Saw lahir dari seorang wanita Sayyidah Aminah, beliau makhluk terbaik. Diibaratkan wanita adalah sebuah madrasah, sebuah tempat pengglembengan, cokro dimukanya melahirkan pemimpin-pemimpin yang baik.
Dari rahim ibu-ibu inilah lahir para pemimpin, dari rahim ibu-ibu inilah kita harapkan lahir sebuah masyarakat yang baik, dari masyarakat yang baik inilah lahirlah sebuah negara yang baik. Semua itu lahir atas jasa ibu-ibu panjenengan sedoyo.
Di dalam Nahdlatul Ulama (NU) yang berakidah Ahlus Sunnah wal Jamaah, sering saya sampaikan, Nahdlatul Ulama menumbuhkan sikap yang taat pada pimpinan, baik Nahdlatul Ulama dan para banomnya, sampai Rasulullah menyatakan, isma’u wa athi’u (dengarkan dan ta’ati) apa yang menjadi keputusan-keputusan para pemimpin kalian.
Pemimpin bisa pemimpin organisasi, bisa pemimpin negara. Karena pemimpin negara termasuk ulil amri, walaupun Indonesia bukan negara yang berdasar agama tapi secara darurat mereka-mereka adalah pemimpin kita yang harus kita hormati.
Oleh karena itu, barang siapa yang memuliakan para pemimpin dengan segala lapisan maka Allah akan memuliakannya. Waman ahaana sulton, waman ahaana al amiir, ahaanallah (Barang siapa yang menghinakan pemimpin, presiden, wakil presiden, meremehkan mereka semua, pemimpin organisasi, maka Allah akan membalas semuanya).
Dalam Surat An-nur ayat 19 Allah berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ يُحِبُّوْنَ اَنْ تَشِيْعَ الْفَاحِشَةُ فِى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌۙ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
(Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui).
Orang-orang yang senang dan hobi untuk memviralkan dan menyebarluaskan berita-berita yang ndak bagus dan cemar (hoax) terhadap orang-orang yang telah beriman kepada Allah, لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌۙ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۗ Mereka akan mendapatkan siksa di dunia dan akhirat.
Kurang apa coba? siksaannya disiapkan di dunia dan di akhirat. Kenapa? (organisasi ini selamat) karena NU ini akan menyimpan rahasia saudaranya. Dia tidak mudah menyebarkan berita yang tidak valid, tidak disertai tabayyun dan klarifikasi, langsung disebarkan, ini bukan paham-paham kita (NU). Sepertinya ini sudah ketularan terkena penyakit-penyakit kelompok yang beraliran keras.
Oleh karena itu, saya minta jajaran NU dan banomnya, mari berikan ketaatan, karena itu memang maziyahnya nahdlatul ulama. Bukan karena pimpina ini minta ditaati, disembah-sembah, tapi ketaatan anda itulah merupakan modal dan sekaligus pertanda bahwa anda adalah kader-kader NU, kader Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja) Annadliyah.
Sampai Rasulullah menyatakan, walaupun yang memimpin kalian adalah budak yang hitam kelam (abdun asyadliun), dan rambutnya ikal bagaikan buah anggur. Kalau itu memang sudah disepakati sebagai pemimpin kalian, berikan. Manakala kalian menerima hal-hal yang tidak mengenakan, mungkin merasa dinomorduakan, jangan melawan, jangan demo, ”sabar” kata Rasulullah SAW.
Tapi Alhamdulillah di Indonesia ini, kita tahu sendiri, mana yang layak dihormati, nomor 1 nomor 2 semuanya sudah terbukti. Mudah-mudahan Allah terus memberikan kesehatan kita semua, NKRI terus bisa kita pertahankan karena ini adalah warisan dari para muassis, sesepuh, tokoh-tokoh, karena ini adalah ajang dakwah kita, di semua lapisan ada nilai nilai dakwah amar ma’ruf nahi anil munkar, inilah yang diambil Nahdlatul Ulama, poltik NU adalah amar ma’ruf nahi anil munkar, politik kebangsaan dan keummatan untuk menjaga ketentraman, jangan sampai langkah dan ucapan kita membuat gaduh di tengah masyarakat. Semoga Allah SWT menjaga kita semua, mendapatkan tambahan keberkahan. Amin yaa Robbal alamin.
(Tausiyah Rais Áam KH. Miftachul Akhyar saat harlah ke-78 Muslimat NU di GBK, Jakarta, 20 Januari 2024).