KHUTBAH JUMAT: Mengutamakan Wahyu Sebagai Petunjuk Kebenaran

0

Dr. KH. Zakky Mubarak, MA (Mustasyar PBNU)

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. يَا أَيُهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: فَلَعَلَّكَ تَارِكُۢ بَعۡضَ مَا يُوحَىٰٓ إِلَيۡكَ وَضَآئِقُۢ بِهِۦ صَدۡرُكَ أَن يَقُولُواْ لَوۡلَآ أُنزِلَ عَلَيۡهِ كَنزٌ أَوۡ جَآءَ مَعَهُۥ مَلَكٌۚ إِنَّمَآ أَنتَ نَذِيرٞۚ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ وَكِيلٌ. وَقِيْلَ فِي الْحَدِيْثِ: أَوَّلُ ما بُدِئَ به رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ الرُّؤْيَا الصَّادِقَةُ جَاءَهُ المَلَكُ، فَقالَ: اقْرَأْ باسْمِ رَبِّكَ الذي خَلَقَ، خَلَقَ الإنْسَانَ مِن عَلَقٍ، اقْرَأْ ورَبُّكَ الأكْرَمُ الذي عَلَّمَ بالقَلَمِ. رواه البخاري

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah

Orang-orang musyrik Mekkah tidak mempercayai kerasulan Muhammad dan mendustkan al-Qur’an. Nabi s.a.w. selalu menerima berbagai cemoohan dan ejekan yang luar biasa dari mereka, baik mengenai kerasulannya, maupun mengenai kebenaran al-Qur’an. Menghadapi tantangan-tantangan tersebut, Nabi s.a.w. diarahkan agar memberikan tantangan balik kepada mereka agar bisa membuat sepuluh surat yang seperti al-Qur’an.

Tantangan yang datang dari Nabi ini yang berasal dari al-Qur’an, ternyata membuat orang-orang kafir dan musyrik itu menjadi sangat lemah. Mereka tidak mampu membuat satu surat dari al-Qur’an, meskipun mengerahkan berbagai kemampuan dan mencari berbagai bantuan dari para ahlinya. Tantangan lain yang tidak masuk akal, datang juga dari kalangan orang-orang kafir Quraisy yang menyatakan: Apabila engkau benar-benar seorang Nabi, coba jadikanlah bukit-bukit di Mekkah ini menjadi emas murni untuk kami. Sebagian dari mereka mengatakan: Datangkanlah pada kami para malaikat yang menjadi bukti kenabianmu.

فَلَعَلَّكَ تَارِكُۢ بَعۡضَ مَا يُوحَىٰٓ إِلَيۡكَ وَضَآئِقُۢ بِهِۦ صَدۡرُكَ أَن يَقُولُواْ لَوۡلَآ أُنزِلَ عَلَيۡهِ كَنزٌ أَوۡ جَآءَ مَعَهُۥ مَلَكٌۚ إِنَّمَآ أَنتَ نَذِيرٞۚ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ وَكِيلٌ

Maka boleh jadi kamu hendak meninggalkan sebahagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan sempit karenanya dadamu, karena khawatir bahwa mereka akan mengatakan: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya perbendaharaan (kekayaan) atau datang bersama-sama dengan dia seorang malaikat?” Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah Pemelihara segala sesuatu. (QS. Hud, 11: 12).

Dalam ayat ini, Allah memperingatkan Nabi s.a.w. agar tidak meninggalkan sebagian wahyu yang telah diturunkan kepadanya. Nabi dibimbing oleh Allah s.w.t. agar tidak terlampau sedih dan sempit dada menghadapi ocehan-ocehan mereka. Orang-orang kafir dan musyrik merasa heran, mengapa Nabi makan dan minum seperti manusia biasa, berdagang, dan pergi ke pasar-pasar. Padahal, Nabi sebagai teladan umat manusia adalah manusia biasa agar bisa diteladani, hanya bedanya beliau menerima wahyu dari Allah s.w.t..

Ocehan mereka disebutkan dalam al-Qur’an:

وَقَالُواْ مَالِ هَٰذَا ٱلرَّسُولِ يَأۡكُلُ ٱلطَّعَامَ وَيَمۡشِي فِي ٱلۡأَسۡوَاقِ لَوۡلَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مَلَكٞ فَيَكُونَ مَعَهُۥ نَذِيرًا أَوۡ يُلۡقَىٰٓ إِلَيۡهِ كَنزٌ أَوۡ تَكُونُ لَهُۥ جَنَّةٞ يَأۡكُلُ مِنۡهَاۚ وَقَالَ ٱلظَّٰلِمُونَ إِن تَتَّبِعُونَ إِلَّا رَجُلٗا مَّسۡحُورًا

Baca Juga :  Khutbah Jum'at: Sabar dalam Menghadapi Ujian Merupakan Ciri Mukmin Sejati

Dan mereka berkata: “Mengapa rasul itu memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia? Atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya perbendaharaan, atau (mengapa tidak) ada kebun baginya, yang dia dapat makan dari (hasil)nya?” Dan orang-orang yang zalim itu berkata: “Kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir”. (QS. al-Furqan, 25:7-8).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Cemoohan seperti itu, selain disampaikan kepada Nabi Muhammad s.a.w., juga pernah dialami oleh nabi-nabi terdahulu. Meskipun menghadapi berbagai macam halangan dan rintangan, Nabi Muhammad s.a.w. tetap kokoh dalam tugas menyampaikan dakwahnya dan tidak terpengaruh oleh cemoohan dan ocehan mereka. Dijelaskan pula dalam ayat ini, bahwa tugas Nabi Muhammad s.a.w. hanya sebagai pemberi peringatan dan hanya sekedar menyampaikan wahyu Allah s.w.t. kepada hamba-Nya. Allah s.w.t. senantiasa memelihara dan memenuhi segala kebutuhan semua makhluk-Nya.

Mereka menuduh bahwa al-Qur’an itu bukanlah wahyu dari Allah, akan tetapi hanya dikarang olehnya.

أَمۡ يَقُولُونَ ٱفۡتَرَىٰهُۖ قُلۡ فَأۡتُواْ بِعَشۡرِ سُوَرٖ مِّثۡلِهِۦ مُفۡتَرَيَٰتٖ وَٱدۡعُواْ مَنِ ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ

Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu”, Katakanlah: “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar”.(QS. Hud, 11: 13).

Selanjutnya, Nabi Muhammad s.a.w. diarahkan oleh Allah s.w.t. agar memberikan tantangan kepada orang-orang kafir dan musyrik, termasuk mereka yang meragukan al-Qur’an. Mereka ditantang untuk membuat sepuluh surat seperti al-Qur’an. Menghadapi tantangan dari Nabi ini, orang-orang kafir dan musyrik Quraisy tidak mampu menjawab, dan sama sekali tidak bisa membuat satu surat pun semisal al-Qur’an. Para sastrawan, para ahli bahasa, dan kalangan ilmuwan, betapapun mendalam ilmunya, tidak akan mampu membuat satu surat pun dari al-Qur’an. Pada lingkungan orang-orang Arab Quraisy banyak dikenal para sastrawan, ahli bahasa, pujangga, dan ahli-ahli lain. Mereka tidak mampu menyusun karangan yang mengimbangi al-Qur’an, meskipun saling bekerjasama dan saling tolong menolong.

Kaum Muslimin yang kami muliakan

Apabila mereka tidak mampu menjawab tantangan Rasulullah s.a.w., maka hendaklah mereka menyadari bahwa sesungguhnya al-Qur’an adalah merupakan wahyu dari Allah s.w.t., bukan karangan Muhammad.

فَإِلَّمۡ يَسۡتَجِيبُواْ لَكُمۡ فَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَآ أُنزِلَ بِعِلۡمِ ٱللَّهِ وَأَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ فَهَلۡ أَنتُم مُّسۡلِمُونَ

Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)? (QS. Hud, 11: 14).

gambaran mengenai sikap hidup, prilaku dan keadaan orang-orang kafir dan munafiq. Digambarkan al-Qur’an bahwa keadaan mereka dari masa ke masa itu sama saja, pola-polanya jelas betul, hanya variasinya saja yang sedikit berbeda. Pada kehidupan modern yang kita alami sekarang ini sering dijumpai lontaran  pernyataan atau pendapat yang menyatakan bahwa orang-orang yang mau mempelajari agama, belajar ke masjid, menghadiri majlis ta’lim dan percaya tanpa reserve pada kitab suci al-Qur’an atau al-Sunnah dikatakan sebagai orang-orang awam, orang bodoh, bukan kalangan intelektual. Penyataan seperti itu diinformasikan al-Qur’an telah diucapkan orang-orang kafir dan munafiq sejak masa lalu, sejak zaman Nabi Nuh as.

Baca Juga :  KHUTBAH JUMAT: TABIAT MANUSIA DALAM AL-QUR’AN

فَقَالَ الْمَلأ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إِلاَّ بَشَرًا مِثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إلاَّ الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ وَمَا نَرَى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ

Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: “Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta”. (Q.S. Hud, 11 : 27).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Diulang oleh orang-orang kafir dan munafiq di masa Nabi Musa as dan diulang kembali oleh orang-orang kafir dan munafiq di masa hayat Rasulullah s.a.w..

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ ءَامِنُوا كَمَا ءَامَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا ءَامَنَ السُّفَهَاءُ أَلاَ إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لاَ يَعْلَمُونَ

Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”, mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. (Q.S. al-Baqarah 2 : 13).

Dalam kehidupan modern terkadang kita jumpai sekelompok orang yang meminta bukti-bukti adanya Tuhan secara ilmiah, baru mereka akan beriman. Bukti-bukti seperti ini tentunya tidak akan mungkin dapat diberikan, karena esensi Tuhan yang berada di luar jangkauan ilmu pengetahuan yang amat lemah, terbatas, dan sempit. Dengan demikian ilmu tidak mungkin dapat menginformasikan tentang esensi Tuhan yang Maha Ghaib. Mempercayai adanya Tuhan adalah soal keyakinan, bukan soal ilmiah. Permintaan seperti itu, pernah juga dituntut oleh orang kafir dan umat Nabi Musa as kira-kira 6000 tahun yang lalu, dijelaskan dalam al-Qur’an:

وَإِذْ قُلْتُمْ يَامُوسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ

“Dan (ingatlah) ketika kamu mengatakan: “Hai Musa kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan mata kepala”. (Q.S. al-Baqarah, 2 : 55).

Allah s.w.t. menurunkan al-Qur’an melalui rasul terakhir untuk membimbing manusia agar menapaki jalan kebenaran, menuju kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Al-Qur’an menegaskan ajarannya yang paling fundamental, pada tiga hal: (1) ajaran tentang akidah tauhid yang menyatakan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Allah, yang Maha Esa dan Maha Kuasa, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada sesutupun yang menyerupai-Nya. Ajaran yang ke (2) terdiri dari syariah yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan manusia dengan makhluk lain yang berkaitan dengan hubungan sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan peradaban.

Baca Juga :  KHUTBAH JUMAT: SEMUANYA AKAN KEMBALI KEPADA ALLAH S.W.T.

Ajaran pokok yang ke (3) adalah akhlak yang mengatur hubungan manusia dengan penciptanya, mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan manusia dengan makhluk lain yang berkaitan dengan budi pekerti yang luhur. Pada akhir ayat ini, diarahkan agar umat manusia menjadi orang-orang muslim yang menyerahkan diri kepada Allah s.w.t. dengan memasuki agama kedamaian dan keluhuran, yaitu agama Islam.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Dari khutbah singkat ini dapat diambil kesimpulan bahwa betapapun banyaknya penghinaan, cemoohan, dan ocehan orang-orang kafir dan musyrik terhadap Nabi Muhammad s.a.w., beliau tidak akan terpengaruh. Beliau tetap teguh dan konsekuen dalam menyampaikan dakwah islamiyah. Nabi Muhammad s.a.w. memiliki dada yang sangat lapang dan kesabaran yang tinggi, sehingga dakwahnya berhasil dengan sukses. Kepada orang-orang musyrik dan kafir dan siapapun yang meragukan al-Qur’an, ditantang agar mereka membuat sepuluh surat yang semisalnya. Jika sepuluh tidak bisa, maka diperintahkan untuk membuat satu surat saja semisal al-Qur’an, pasti mereka tidak akan mampu membuatnya. Pada saat semua manusia dengan segala keahliannya tidak mampu membuat satu surat semisal al-Qur’an, maka hendaknya mereka menyadari kelemahannya dan meyakini bahwa sesungguhnya al-Qur’an itu merupakan wahyu dari Allah s.w.t.. Al-Qur’an merupakan petunjuk kebenaran yang membimbing umat manusia agar mencapai kebahagiaan yang abadi, kebahagiaan lahir dan batin, baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang. Dari kenyataan ini hendaknya manusia menyadari kebenaran wahyu tersebut dan menjadi orang-orang muslim yang berpasrah diri pada Allah s.w.t. dengan memasuki agama-Nya, yaitu agama Islam.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

 

 

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلَهُ, أَرْسَلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. اَللّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلًا وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمْسُلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ اَللّهُمَّ أَصْلِحِ الرُعَاةَ وَالرَّعِيَّةَ وَاجْعَلْ إِنْدُوْنِيْسِيَّا وَدِيَارَ الْمُسْلِمِيْنَ آمِنَةً رَخِيَّةً رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فىِ السِّرِّ وَالْعَلَنِ وَجَانِبُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.