Dubes India dan Maroko Sowan PBNU Bahas Digitalisasi

0

RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Menerima kunjungan 2 Duta besar untuk Indonesia, yakni Duta Besar Maroko Ouadia Benabdellah dan Duta Besar India Shri Sandeep Chakravorty pada Senin (26/2/2024) di gedung PBNU, Jakarta Pusat. 

 

Kunjungan mereka disambut langsung secara hangat oleh Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf didampingi oleh Wakil Ketua Umum (Waketum) PBNU H Amin Said Husni, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBNU Ahmad Ginanjar Sya’ban dan Wasekjen Mas’ud Saleh.

 

Pertemuan tersebut dikatakan oleh Dubes India Shri Sandeep Chakravorty dalam rangka  membahas kerja sama bilateral antar kedua negara.

 

“Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada ketua yang telah menerima saya. Saya mengadakan pertemuan yang sangat produktif dan kami berbagi pandangan-pandangan,” ujarnya dilansir NU Online.

 

Lebih lanjut, Shri menjelaskan bahwa konsen yang dibahas terkait kerja sama bilateral antara dua negara tersebut menyangkut bidang pendidikan, teknologi, dan digitalisasi.

 

“Kami bekerja demi kepentingan nasional dan kami bekerja dengan siapa pun yang percaya pada perdamaian dan keamanan global. Kami yakin jika kemajuan Indonesia bisa berperan lebih besar di dunia, maka hal tersebut akan memberikan manfaat bagi kita semua,” terangnya.

 

Kerja sama ini, lanjutnya, penting mengingat periode emas yang akan dimasuki dua negara tersebut hanya berselang 2 tahun saja, yakni 2045 dan 2047. Maka dari itu, penting bagi Indonesia dan India untuk duduk dalam satu pandangan yang sama guna menjadikan dua negara yang berpenduduk banyak ini maju.

 

“Seperti Indonesia emas pada tahun 2045, kita juga mempunyai tujuan menjadikan India sebagai negara maju pada tahun 2047 dan itu hanya akan tercapai jika India dan Indonesia bekerja sama,” ujarnya.

Baca Juga :  Ulama Dunia Kumpul di Riyadh Bahas Isu Penting Umat Islam

 

“Dunia kita sangat mirip, yaitu kita ingin negara-negara Selatan mempunyai suara di dunia dan kita tidak bisa menyerahkan segalanya kepada negara-negara utara. Mereka tidak bisa memutuskan. Utara dan Selatanlah yang akan menentukan keputusannya,” pungkasnya. (NU Online/Yud).

Leave A Reply

Your email address will not be published.