RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Syuriah PBNU, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) berkelakar jika ia menjadi pengamat politik ia bisa menyarankan untuk menyelesaikan masalah dengan menjadikan menteri.
“Ini juga yang dilupakan, penyelesaian masalah dengan cara yang ‘arif. Setiap kasus dikasuskan di pengadilan, padahal andaikan saya di posisi pengamat politik, bisa saja diselesaikan dengan dijadikan menteri,” ujar Kiai yang akrab disapa Gus Baha itu.
“Tapi ndak, itu bukan wilayah saya. Saya ndak masuk di wilayah itu,” sambungnya.
Gus Baha menyampaikan guyonannya dalam Dialog Kebangsaan Menyongsong Ramadhan dengan Tema “Merawat Ukhuwah Kebangsaan Menjaga Persatuan Indonesia” yang digelar Universitas Gajah Mada pada Senin, 4 Maret 2024.
Dalam tausiyahnya, Ia mengingatkan bahwa terdapat cara yang tetap dapat menjaga ukhuwah dalam menyelesaikan masalah, tidak harus menggunakan hukum formal atau pengadilan. Gus Baha menceritakan beberapa kisah sebagai contoh, salah satunya yaitu kisah Nabi Daud yang ingin menikahi seorang wanita sementara Nabi Daud telah memiliki 99 istri.
Allah mengutus dua malaikat yang datang tergopoh-gopoh menunjukkan ada masalah yang krusial. Nabi Daud yang saat itu sedang menjabat sebagai raja menanyakan permasalahan yang sedang terjadi. Lalu malaikat utusan Allah tersebut menyampaikan masalah terkait saudaranya yang meminta kambingnya padahal ia hanya memiliki satu sedangkan saudaranya sudah memiliki 99 kambing.
Nabi Daud memaki dan menyebut saudaranya itu tidak adil dan rakus. Kemudian cerita tersebut menjadi muhasabah bagi Nabi Daud.
“Allah tidak menegur secara langsung, namun memberi sebuah drama. Banyak cerita di literatur saya gak semua masalah, kemunkaran, atau maksiat itu diselesaikan dengan cara mempermalukan di depan umum, berpidato berapi-api yang memojokkan sana-sini,” jelas Gus Baha.
Gus Baha mengungkapkan saat ini amar ma’ruf dan nahi munkar sudah kehilangan seni yang tanpa masalah. Menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru. Ia menyebut pengadilan dulu menggunakan perangkat psikologis dalam menyelesaikan masalah.
“Menjaga kemajemukan, menjaga ukhwah itu dimulai dari cara menyelesaikan masalah,” jelasnya menutup tausiyah. (Anisa).