RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Terhitung sejak 5 bulan terakhir Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah berikhtiar untuk membantu mencari jalan keluar bagi saudara-saudara di Palestina khususnya di Gaza juga tepi barat.
Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi Palestina yang masih dalam keadaan memprihatinkan setelah upaya perdamaian melalui komunikasi dengan berbagai pihak internasional dan pemerintah Indonesia telah dilakukan.
“Kami khawatir bahwa malapetaka yang sedang berlangsung di Gaza cenderung menjadi status quo karna semua suara masyarakat secara Internasional sama sekali tidak didengar dan diabaikan,” ujar Gus Yahya pada konferensi pers di Gedung PBNU, Kramat, Jakarta Pusat (9/3/24).
Menurut Gus Yahya semua suara dari kalangan non pemerintah sudah dikeluarkan, namun tetap diabaikan. Beliau mengungkapkan bahkan International Court of Justice (ICJ) juga sama sekali diabaikan.
Untuk itu Gus Yahya menyampaikan himbauannya untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Menghimbau pemerintah bukan hanya Indonesia untuk membuat inisiatif berupa manuver diplomatik internasional dan kebijakan yang decisive secara sungguh-sungguh untuk berupaya terus membongkar kebekuan bencana yang sedang berlangsung.
2. Meminta dengan sungguh-sungguh kepada penguasa Israel untuk membuka akses ke Masjidil Aqsa selama Ramadhan ini.
3. Meminta kepada aktor-aktor global untuk mengingat bahwa bencana ini akan memicu dinamika yang sangat berbahaya untuk stabilitas dan keamanan global, karena segala prinsip-prinsip internasional telah dilanggar. Maka kami menuntut segera menghentikan malapetaka yang sedang berlangsung di Gaza, Palestina dan kembali kepada hukum serta konsensus yang sudah ada.
4. Meminta kepada seluruh jajaran jaringan Nahdlatul Ulama agar memohon pertolongan kepada Allah untuk saudara-saudara di Palestina dengan membaca Qunut Nazilah yang telah diijazahkan oleh Rais Aam dan telah diijazahkan juga oleh Hadrotusyekh KH Hasyim Asy’ari pada tahun 1938.
Gus Yahya juga mengungkapkan upaya boikot yang sedang dilakukan itu berguna sebagai cara menarik perhatian dari para aktor yang terlibat.
“Namun boikot saja tidak cukup, kita perlu lebih. Maka tadi kami menghimbau kepada pemerintah negara bukan hanya Indonesia untuk melakukan inisiatif yang lebih decisive soal ini,” pungkasnya. (Anisa).