Ngaji Qonun Asasi NU Bareng Gus Yahya (1)

0

 

Qonun Asasi memiliki kedudukan yang sama dengan Pembukaan UUD 1945

RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Pada bulan suci Ramadhan 1445 H bertepatan dengan 13 Maret 2024. Warga NU umumnya masyarakat luas bisa ngalap berkah para muasis NU. Khususnya Hadrotussyeikh Kiai Hasyim Asy’ari dengan mengaji dan memperdalam pemahaman perihal Qonun Asasi NU yang di kaji oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) yang disiarkan secara live melalui chanel YouTube TVNU, dari kediaman Gus Yahya di Jakarta, Rabu (13/3/24). 

 

Mengawali ngaji, Gus Yahya melakukan tawasul (hadiah Fatihah) kepada para muasis NU. Kemudian dilanjutkan dengan menerangkan asal-usul mukoddimah dari Kitab Qanun Asasi NU. Menurutnya, Qonun Asasi NU merupakan tuntunan bagaimana warga NU harus bersatu dan bersikap setiap menghadapi berbagai masalah dan cobaan.

 

“Pidato KH Hasyim Asyari pada peresmian didirikannya NU 16 Rajab 1344 H di Surabaya itu diabadikan dalam mukoddimah (priambule) qanun asasi NU,” terang Gus Yahya mengawali ngajinya yang di saksikan ribuan warga Nahdliyyin di seluruh penjuru dunia.

 

Gus Yahya menjelaskan bahwa mukoddimah Qanun Asasi memiliki kedudukan yang sama dengan pembukaan UUD 1945 terhadap batang tubuh dari konstitusinya. Separuh dari pembukaan Qanun Asasi merupakan ayat-ayat Al-Quran yang dipilih secara khusus oleh Hadrotussyekh KH Hasyim Asy’ari. Ayat-ayat tersebut merupakan ayat yang menjadi rujukan pada gagasan-gagasan yang hendak dikerjakan oleh jamiyyah Nahdlatul Ulama.

 

“Gagasan yang disampaikan oleh Hadrotussyekh adalah gagasan raksasa yang jika diuraikan secara rinci akan luas sekali akan menjadi kitab berjilid-jilid,” jelas Gus Yahya.

 

Gus Yahya mengungkapkan audiens dari pidato Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari adalah ulama yang memang luas dengan ilmu agama sehingga ulama-ulama tersebut dapat mengerti intisari gagasan dari ayat yang disampaikan oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari.

Baca Juga :  Inilah 7 Poin Rakor PWNU dan PCNU se-Jawa Barat Menyikapi MLB NU

 

Ayat pertama yang dikutip oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari yaitu Surat Al Ahzab ayat 45-46. Syekh Tantawi dalam tafsirnya menjelaskan tamsil dari sirojan muniro adalah lampu yang sangat bersahaja sekali. Siroj terdapat di dalam dada setiap manusia. Dan yang dibutuhkan oleh setiap manusia adalah bagaimana setiap siroj di dalam dadanya itu menyala sehingga menerangi jiwanya.

 

Rasulullah diumpamakan sebagai siroj yang menerangi karena berfungsi sebagai penerang dan dapat menjadi sumber yang menyalakan siroj-siroj dalam dada setiap manusia lainnya. Oleh sebab itu para ulama sering dipuji sebagai pelita dunia, karena siroj mereka menyala.

 

“Para sahabat mengambil kepada rasulullah, kemudian para tabiin mengambil siroj dari para sahabat, dan seterusnya hingga sampai kepada masyayikh dan guru-guru kita,” terangnya.

 

Walaupun hanya sekejap siroj orang bisa menyala karna berdekatan dengan Rasulullah SAW. Para ulama menerangkan bahwa semakin jauh generasi ini dari masa rasulullah SAW daya sulutnya semakin lemah

 

Menurut Gus Yahya agama tidak cukup hanya dengan pemahaman akal pengetahuan kognitif, dan juga tidak cukup dengan pemahaman emosi saja, namun lebih dari itu ada dimensi agama yang jauh lebih dalam yaitu dimensi ruhani. Dimensi tersebut tidak bisa ditransfer dengan kata-kata atau interaksi lahiriyah, namun merupakan sesuatu yang dapat ditularkan secara batiniyah.

 

“Untuk bisa mengambil api/siroj, selain berkumpul kepada sumber cahaya ia harus punya husnudzan,” ujarnya.

 

Ayat yang dikutip selanjutnya di dalam pembukaan Qonun Asasi yaitu Surat An Nahl ayat 125. Ayat tersebut menjelaskan bagaimana cara mengajak seseorang dalam kebaikan. Sebelum memerintahkan sesuatu Nabi memberi contoh dulu.

 

Salin contoh, mengajak ke dalam kebaikan dapat melalui mauidhoh hasanah, yaitu memberi nasihat yang baik sehingga orang tersebut sadar bawa nasihat tersebut merupakan kepentingan mereka sendiri.

Baca Juga :  Ketum PBNU: Tak Hanya Jadi Serambi Mekah, Aceh Harus Menjadi Serambi Indonesia

 

“Gausah berkecil hati kalau misalkan ada postingan NU yang baik isinya tetapi tetap saja komentarnya kesana-kemari. Yaa, mau gimana lagi, Wawllahua’lamu bishoab,” pungkas Gus Yahya mengingatkan seraya mengakhiri ngajinya pada season perdana. (Anisa).

 

Silahkan mampir ke chanel YouTube TVNU, Like, Share and Subribe….

Leave A Reply

Your email address will not be published.