Perintah Memperjuangkan Agama Allah
RISALAH NU ONLINE, JAKARTA –
Di hari ketiga bulan suci Ramadhan 1445 H bertepatan hari Kamis 14 Maret 2024. Ngaji Qonun Asasi NU Bareng Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) episode kedua (2).
Ngaji Qonun Asasi bareng Gus Yahya disiarkan secara live melalui chanel YouTube TVNU, dari kediaman Gus Yahya di Jakarta, Kamis (14/3/24).
Mengawali muqodimahnya, Gus Yahya melakukan tawasul (hadiah Fatihah) kepada para muasis NU, wabil khusus kepada Hadrotussyeikh KH Hasyim Asy’ari sang pendiri NU. Kemudian Gus Yahya membacakan ayat Az Zumar ayat 17-18.
{وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَنْ يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللَّهِ لَهُمُ الْبُشْرَى فَبَشِّرْ عِبَادِ (17) الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُواْ الألْبَابِ (18 }
Artinya: Dan orang-orang yang menjauhi tagut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.
(Surat Az Zumar ayat 17-18).
Gus Yahya menerangkan maksud ayat-ayat yang disebutkan oleh Hadrotussyekh KH Hasyim Asy’ari dalam muqodimah Qonun Asasi. Beliau mengawali penjelasannya dari QS Az Zumar ayat 17-18, di mana pada ayat 17 Hadrotussyekh KH Hasyim Asy’ari mengambil potongan akhirnya.
“Tuhan palsu adalah suatu atau pihak yang begitu menguasai diri kita, sehingga kita mungkin merasa tidak bisa melepaskan diri darinya. Banyak hal bisa menjadi toghut, seperti lingkungan, pergaulan, karir, pekerjaan. Karena seolah-olah kita tak bisa lepas dari nya,” jelas Gus Yahya.
Beliau mengungkapkan terdapat banyak ajaran-ajaran/seruan/ideologi maupun nilai yang kita dengar di dalam perbincangan masyarakat, dapat diteliti kemudian dipilih yang paling baik. Mereka yang memilih ajaran terbaik adalah mereka yang memiliki dan menggunakan akalnya dengan benar.
“Yang paling baik tentu saja syariat Allah SWT,” tegasnya.
Ayat tersebut merupakan himbauan kepada umat dan masyarakat bahwa di tengah-tegah perbincangan masyarakat ada seruan-seruan dari berbagai pihak, namun jelas yang paling baik adalah ajaran dan syariat Allah SWT yang diserukan oleh para ulama syariah.
Gus Yahya melanjutkan dengan penjelasan dari QS Al Isra ayat 111.
وَقُلِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَّلَمْ يَكُنْ لَّهٗ شَرِيْكٌ فِى الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ وَلِيٌّ مِّنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيْرًاࣖ
“Ketika kita berjuang untuk agama Allah bukan karena Allah lemah sehingga butuh ditolong, tapi semata-mata karna perintah untuk memperjuangkan agama Allah,” terangnya.
Kemudian beliau menjelaskan QS Al An’am ayat 153 terkait jalan Allah.
وَاَنَّ هٰذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُۚ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهٖۗ ذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
“Segala hal yang kita pikirkan, mengenai jalur mana yang hendak kita tempuh, harus kita kembalikan dan kita rujukkan kepada tuntunan Allah yaitu wahyu dan sunnah Rasulullah SAW,” jelasnya.
Menurutnya seseorang tidak perlu mengikuti berbagai macam jalan alternatif lain, seperti seruan sosialisme, feminisme, inklusivisme seksual. Hal tersebut merupakan seruan dengan alur nalar yang terlihat mulia, namun seharusnya semua itu harus dikembalikan kepada tuntunan tuntutan syariat Allah SWT.
Beliau mengungkapkan hal tersebut bukan soal perempuan harus setara dengan laki-laki sebagaimana yang dinalarkan oleh ideologi feminisme. Seharusnya kembalikan saja kepada jalan Allah, karena jalan Allah sudah jelas, Allah telah bersabda bahwa tholabul ilm faridhotun ‘ala kulli muslimin wal muslimatin.
“Kalau laki-laki mengaji, perempuan juga boleh,” terangnya.
Salanjutnya dalam hal yang terkait dengan berbagai urusan dapat diserahkan terhadap ahlinya, “nda perduli laki-laki atau perempuan. Kalo yang ahli memang perempuan, mau apa. Tapi kalo yang ahli kebetulan laki-laki, ya jangan dipaksa-paksa harus perempuan”.
Gus Yahya mengungkapkan bahwa ayat-ayat yang telah disebutkan oleh Hadrotussyekh KH Hasyim Asy’ari menunjukkan hakikat dari keulamaan dan kedudukan ulama di tengah-tengah umat. Kemudian dilanjutkan dengan ayat-ayat yang menjelaskan bagaimana seharusnya sikap umat di dalam menerima seruan-seruan.
Selanjutnya beliau menjelaskan QS. Annisa ayat 59.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًاࣖ
Mufasirin menyimpulkan bahwa ayat tersebut menggambarkan 4 sumber hukum yang digunakan oleh Ahlussunnah wal Jamaah, yaitu kitabullah, sunnah rasulullah SAW, dan Ulil amri yang berarti ulama syariah (ijma’ para ulama syariah), serta qiyas.
“Jadi empat sumber hukum ini diisyarahkan dari ayat ini. Orang munkin bisa punya pertimbangan ini itu, tapi cara membuat keputusan menggunakan empat sumber ini adalah cara yang paling membawa konsekuensi paling maslahat untuk kita,” jelas Gus Yahya.
Inilah alasan Hardrotus syekh KH Hasyim Asyari memilih ayat-ayat tersebut kemudian menyusunnya sedemikian rupa.
“Untuk membuat struktur uraian sesuai dengan apa yang beliau pikirkan mengenai jam’iyyah ini. Kedudukan para ulama dan bagaimana kita semua membuat keputusan-keputusan yang dialami di masyarakat,” ujarnya. (Anisa)