Hentikan Konflik Ciptakan Kehidupan Masyarakat Global yang Harmoni

0

Posisi Nahdlatul Ulama (NU) tetap berdiri kokoh membela Palestina sampai kapanpun. Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) terus meminta kepada semua pihak agar tidak melanjutkan konflik yang terjadi demi terciptanya kehidupan masyarakat global yang harmoni. NU menuntut dan mendesak gencatan senjata segera, mendesak dihentikannya kekerasan. 

Demikian tutur Gus Yahya saat menjawab pertanyaan media disela-sela Halal bi halal PBNU di Plaza Gedung PBNU, pada Kamis 18 April 2024 lalu.

Bahkan NU sesudah insiden 7 Oktober lalu, membuat pernyataan, disamping mendesak supaya konflik dihentikan, kami juga meminta PBB segera bertindak dan kami meminta agar anggota tetap Dewan Keamanan PBB tidak menggunakan veto demi membela salah satu pihak.

Ini adalah upaya ikhtiar NU untuk ikut melakukan sesuatu sebagai ekspresi dari concern, dari keprihatinan bersama mengenai keadaan yang terjadi di sana. Ya, tapi kita semua tahu bahwa memang pihak-pihak yang kami serukan untuk menghentikan kekerasan, kami serukan untuk bertindak lebih adil demi kebaikan semua pihak, masih belum mau mengikuti seruan-seruan tersebut.

Amerika misalnya sampai terakhir, masih memveto resolusi PBB untuk gencatan senjata di Gaza. Nah, sepanjang sejarah ini sudah kayak hukum alam, setiap kali terjadi konflik, apalagi konflik dengan kekerasan, ini pasti semakin lama banyak pihak yang terlibat, itu sudah pasti, dan ini cuma soal waktu.

Kita tahu bahwa ini mulainya dari konflik di Gaza antara Israel dengan para pejuang Palestina yang menuntut hak di sana dan karena berkepanjangan, lalu lama-lama ada dari Yemen, dari Houthi Yemen terlibat, kemudian sekarang dari Iran terlibat, dan seterusnya, karena ini sudah jadi seperti hukum alam, kalau konflik dibiarkan itu pasti meluas.

Baca Juga :  Menapaktilasi Misi Tarbiyah dan Ta’lim Rasulullah (1)

Jadi ini bukan soal syiah atau suni. Ini soal konsekuensi dari konflik saja, konsekuensi dari konflik yang berkepajangan, itu pasti meluas, karena habis ini, kalau tidak segera dihentikan, stop begitu saja, ini yang lain juga pasti akan ikut-ikutan.

Misalnya kemungkinan bahwa nanti kelompok-kelompok radikal dan kelompok-kelompok teroris di timur tengah ternyata akan bangkit lagi, punya alasan, punya momentum untuk melakukan sesuatu. Nah, ini berbahaya sekali, sangat-sangat berbahaya, pokoknya tidak ada jalan untuk mencegah kerusakan lebih besar selain berhenti sekarang juga, hentikan sekarang juga, berhenti dulu sudah, lalu kita baru mulai bicara, tapi berhenti dulu konfliknya, itu yang paling penting.

Lebih-lebih dengan kondisi kemanusiaan yang sudah diluar batas sudah, kesengsaraan yang dialami oleh saudara-saudara kita di Gaza, ini sudah di luar batas yang bisa ditanggungkan oleh kemanusiaan, dan ini adalah tanggung jawab moral dari seluruh umat manusia yang tidak boleh diabaikan.

Nah, kalau soal kunjungan saya ke Israel, sebetulnya saya tidak perlu bikin pernyataan lagi, googling saja, beritanya sudah ada semua, itu tahun 2018 lalu. Pada dasarnya bahwa kami bertekad untuk tidak tinggal diam, melakukan apapun yang kami mampu, semua jalan yang terbuka untuk bisa berkontribusi, mengupayakan jalan ke luar, semuanya itu adalah ikhtiar. Yang namanya ikhtiar, ya semua yang mungkin harus kita tempuh, semua peluang yang ada harus kita masukin, soal hasilnya kita serahkan kepada Tuhan yang Maha kuasa.

Kita berharap bahwa akan ada respons yang positif dari berbagai pihak yang kita engage, walaupun sampai sekarang memang kita belum melihat perubahan sikap yang signifikan, misalnya dari pihak-pihak tertentu, misalnya, baik dari Israel, maupun dari pihak Palestina, maupun dari pihak-pihak yang terlibat semuanya, dari Amerika, negara-negara Teluk, negara-negara Timur Tengah yang lain, belum ada perubahan sikap ke arah perdamaian, perubahan yang signifikan, perubahan sikap yang signifikan menuju peradaban perdamaian.

Baca Juga :  Wawasan Kebangsaan dan Cita-cita Membangun Peradaban

Nah, ini memang belum kita lihat, tapi tidak berarti kita lalu menyerah, lalu bilang ya sudahlah kalau enggak mungkin damai, ayo kita habis-habisan saja siapa mati duluan, siapa habis duluan, kan enggak bisa begitu, ya kita kan tetap harus berikhtiar, bicara ke sana ke mari, dan semua peluang harus ditempuh. Dan saat saya berkunjung ke Israel pada waktu itu, memang ada peluang.

Saya waktu itu Katib Aam PBNU, diberi kesempatan bicara di depan konferensi global Yahudi seluruh dunia, masa saya enggak mau, saya kan harus manfaatkan kesempatan itu, dan saya sampaikan bahwa kita minta perdamaian, kita ingatkan tentang rahmat, kita ingatkan tentang prinsip keadilan yang menjadi ajaran dari semua agama dan prinsip moral dari kemanusiaan.

Lalu saya diminta ketemu dengan Presiden Israel Benyamin Netanyahu, artikulasi saya sama, bahwa kita minta ada perdamaian dan terus terang waktu itu memang saya ditanya tentang bagaimana sikap Indonesia terhadap Israel, saya bilang, saya kira enggak akan berubah sampai ada titik terang untuk jalan keluar bagi masalah Palestina, saya sampaikan dengan terus terang.

Nah, kalau kemudian sekarang misalnya dipersoalkan saya ketemu Netanyahu, salaman, senyum-senyum dan ngobrol. Ya masak begitu ketemu langsung saya piting, kan nggak mungkin, wong ini pertemuan diplomatik.

Sekali lagi, ini merupakan upaya ikhtiar, ikhtiar lahir batin. Kemarin bulan Ramadan kita serukan kepada seluruh masyarakat khususnya warga NU untuk melaksanakan Qunut Najilah, memintakan pertolongan Allah untuk saudara-saudara kita di Palestina misalnya, ini kita lakukan semuanya ikhtiar lahir batin sampai sekarang.

Termasuk konvensi Internasional kita gelar, seperti ISORA (International Summit of Religious Authorities), kita undang para pengampu otoritas keagamaan dari seluruh dunia, dari semua kalangan untuk bicara soal ini, dan kita sampaikan hasilnya di berbagai forum, waktu itu tanggal 27 November ISORA kita gelar di Jakarta, segera sudah itu tanggal 10 Desember kita bawa hasilnya ke Amerika untuk bertemu dengan jumlah pihak strategis di sana di Universitas Princeton di Amerika.

Baca Juga :  Pojok Gus Yahya: Hukum Tambang, Tergantung Cara Pengolahannya

Dan Alhamdulillah, misalnya dari arah lain juga kita tahu ada ikhtiar dari pemerintah Afrika Selatan untuk mengajukan masalah ini ke ICJ (International Court of Justice), walaupun sampai sekarang ini memang masalah kita mohon kepada Allah SWT untuk membuka hati mereka yang terlibat, karena semua memang sampai sekarang cenderung masih keras hati untuk melanjutkan konflik.

Dan konflik ini berbahaya sekali, karena pada saatnya nanti seluruh umat manusia, seluruhnya tanpa kecuali termasuk sampeyan semua ini, akan menanggung bencana yang menjadi akibat dari konflik berkepanjangan ini. Wallahu a’lam bishawab.

Leave A Reply

Your email address will not be published.