Rais Aam PBNU: Awas Strategi Kaum Wahabi dan Ahiri Polemik Nasab Ba’alawi

0

Rais Aam PBNU, KH Miftackhul Akhyar memberikan tausiyah atau peringatan kepada seluruh warga NU, terkhusus pengurus NU. Agar mewaspadai gerakan dan strategi adudomba kaum Wahabi, khusus terkait polemik nasab Ba’alawi.

Tausiyah diberikan pada acara haul Muasis NU dan lounching buku di PCNU Gresik, Jawa Timur, pada 26 Mei 2024 lalu.

Dalam tausiyahnya, Rais Aam mengawali dengan mengatakan bahwa dalam Qonun Asasi Syekh Hasyim Asy’ari antara lain menukil Sabda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam, mungkin ada di buku yang baru dicetak nanti yang akan dilaunching Minal Muktamar Ilal Muktamar dan beberapa riwayat-riwayat yang lain yang saat ini bukan sekedar relevan tapi penting untuk kita pahami, bagaimana Mbah Hasyim Asy’ari memanggil kita semuanya.

Beliau memanggil pada satu abad yang lewat, dipanggil semuanya bahkan arwah-arwah kita yang belum lahir pada saat itu terpanggil dengan panggilan beliau
“Ayo ke sinilah semuanya datanglah berbondong-bondong kalian para ulama dan santri-santri kalian dengan membawa rasa Mahabbah, cinta dan persatuan, ketertautan hati yang terdiri dari para fuqara dan aghniya, duafa dan aqwiya, semuanya. untuk menisbatkan diri pada Jammiyah Nahdlatul Ulama yang Mubarokah.

Maksudnya, tentu dengan arwah yang menyatukan ruh perjuangan kita. Ini sepertinya melihat akhir-akhir nanti Nahdlatul Ulama, walaupun sudah diakui sebagai jammiyyahah yang terbesar bukan hanya di dunia tapi sampai akhirat.

Buktinya, teman-teman saudara kita yang sudah meninggal dunia tidak dicoret dari keanggotaannya. Bahkan mereka yang meninggal pun di Lailatul Ijtima atau naharul Ijtima, diumumkan sebagai saudara kita.

Anggota Nahdlatul Ulama yang telah mendahului kita, mari kita bacakan suratul Fatihah kepada mereka masih dianggap sebagai anggota saudara dan anggota.

Lha, ini kalau dijumlah ya dunia dan akhirat sudah nyata. Dunia saja sudah diakui terbesar, di dunia nggak ada sebuah organisasi sosial keagamaan yang sebesar Nahdlatul Ulama ini.

Tapi ingat kalau besarnya sebuah organisasi tanpa ta’dim (akhlakul karimah), tidak munadlamah, tidak tertib maka akan bisa dilumpuhkan dengan organisasi-organisasi yang batil tapi munadlam. Batil tapi murattab (tertib/terorganisir).

Ini yang harus kita sadari ya. Bahkan sudah banyak kelompok-kelompok organisasi yang lain ingin giliran. Kalau sekarang NU sudah katakanlah ya 75% atau bahkan sampai 80% bangsa Indonesia ini adalah intisab kepada Nahdlatul Ulama, ya, tapi mereka yang lain juga ingin.

“Kapan kita menggantikan posisi Nahdlatul Ulama”. Upaya-upaya ke sana sudah banyak. Kalau kita ini mengabaikan ketertiban AD/ART NU, Perkum NU (kita), justru ini memberi jalan orang lain untuk masuk.

Bab Nasab

Sudah berapa kali kita mendapatkan bertubi-tubi gangguan-gangguan. Khususnya sekarang ini gaduhnya bab nasab, antara dzuriah-dzuriah yang satu kelompok disebut Ba’alawi, yang satu kelompok disebut dzuriah Walisongo, terutama ini.

Kalau di Gresik Insyaallah aman-aman saja, saya nggak melihat ini jadi sesuatu yang besar ya, karena di sini juga para bagian muassis banyak termasuk almarhum Kiai Burhan, tapi di tempat lain bahkan sudah masuk ke cabang-cabang dipengaruhi.

Mereka menolak Ba’Alawi, memang ada perbuatan salah, pemicunya. Tapi sebagai umat Islam kan nggak sampai membesar-besarkan masalah, apalagi itu hanya kelakuan ya satu dua orang, tapi yang dihantam adalah jammiyahnya atau babonannya.

Baca Juga :  Tausiyah: Laki-laki Datang dari Surga

Dan ini akan terus, kalau tidak segera ada, ingat bagaimana mulai sejak Syekh Nawawi al Bantani yang memberikan semacam sinyal-sinyal akan perlunya lahirnya sebuah organisasi, lalu diperjelas oleh Syekh Khalil dengan mengirimkan surat Thaha mulai ayat 17 sampai 23, disertai tongkat dan seutas Tasbih, ini isyarah kuat.

Agar Asy Syekh al akbar Mbah Hasyim Asy’ari membentuk sebuah organisasi yang sakti mandraguno yang seperti tongkatnya nabi Allah Musa Alaih Salam sewaktu-waktu dibutuhkan dilempar berubah menjadi ular naga yang membasmi kebatilan bi’dah, khurafat, ya ketidakjujuran, ya ketidakseimbangan dalam kehidupan.

Kembali Menjadi Tongkat

Silakan menjadi tongkat kembali ya, silakan, para Mustasyarin, para Suriyyin ya, para kiai-kiai, kalau sepakat kamu sudah harus kembali waktunya menjadi tongkat. Jangan terus-terusan menjadi ular.

Kalau sudah mereka-mereka beliau-beliau menyatakan Waktunya kau kembali tugasmu sudah selesai, sudah tercapai, ya nggak ada ah kata nanti, besok, langsung _sami’na wa ato’ana_ yang ada.

Itu dulu, kalau sekarang kalau ada perintah begitu nanti dulu ya, maunya dia ingin jadi ular terus, nggak mau kembali menjadi tongkat, jadi ngulo terus.

Saya sampaikan masalah kegaduhan ini. Ini berbahaya karena menyangkut ilmiah. ilmiahnya mulai dari Syekh Nawawi katakan Syekhana Khalil Basim itu keterkaitan keterikatan dengan para duriat-zuriat Ba’Alawi.

Itu sebenarnya sama antara guru dan santri, Syekh Nawawi adalah santrinya gurunya Syekh Kholil dari Ba’alawi bahkan di dalam ini buku yang nanti dilaunching itu disebutkan oleh syekh Akbar Syekh Hasyim Asy’ari di dalam mukadimahnya.

Bahkan PCNU pertama kali yang dibangun, dibentuk di Jombang pada tahun 1928 itu Mustasarnya Mbah Hasyim Asy’ari dengan Habib Muhsin, kalau nggak salah. dan itu dibentuk di rumah beliau. Surabaya – Gresik tidak bisa lepas karena ini bab ilmiahnya.

Lha, Nahdlatul Ulama memuliakan seseorang bukan karena nasab sebetulnya. Nasab itu hanya sebagai tanda lambangnya tapi keilmiahannya keilmuannya dan ketakwaannya itu, ini sebetulnya.

Jadi, ndak membela sana, ndak bela sini sebetulnya. Siapa yang taqwa, siapa dirinya wali songo. Wong saya ini juga termasuk bagian daripada Nusantara. Kalau belum masuk pada tataran ulama Nusantara. Saya ini cintanya pada Wali Songo ya tidak perlu diragukan lagi.

Jadi, kalau ini terus-menerus dibiarkan, apalagi hal ini saya ingat sebetulnya timbulnya hal-hal semacam ini, itu karena penyakit uzub (sombong).

Saya pernah mendengar tokoh ulama antara lain Syekh Muhammad Ali Almaliki pernah menyatakan sebuah riwayat hadis yang berbunyi – “Kalau kamu sudah menemukan gejala-gejala ya gejala apa kekikiran yang sudah selalu diikuti kikir untuk kebaikan, perjuangan, dan hawa nafsu yang selalu diikuti dibuat dan seseorang yang sudah menganggap dia paling benar sendiri. yang lainnya salah”.-

Orang kalau sudah menganggap dirinya paling benar, maka timbul sifat yang lain yaitu kesombongan, tidak mau menerima kebenaran dari orang lain.

Benar harus dari saya, yang lain tidak boleh itu – udzubull mar’i-. Ini lebih bahaya daripada dosa besar. Kalau dosa besar, Allah masih kerso memaafkan mengampuni apalagi kalau kita tobat. Tapi kalau –udzubull mar’i-, ini orang sudah menganggap dirinya lepas dengan Allah, dirinya sendiri. Nggak ada campur tangan Allah, ini berbahaya ya.

Baca Juga :  Tausiyah: Ulama yang Menjauhi Harta

Makanya di situ dikaitkan dengan sebuah hadis banyak itu di Ashabi Sunan banyak terjadi ada kisah dalam hadis, bisa dibuka di Sunan Nasai, Sunan Ibnu Majah dan berbagai Ashabus Sunan, meriwayatkan :

Pada suatu ketika sedang ada majelis dirosah para sahabat senior-senior, para sahabat Rasulullah antaranya sahabat Anas, sahabat Jabir, dan beberapa sahabat yang lain di situ juga, Sahabat Abu Bakar, Sahabat Umar, Sahabat Ali, sahabat Utsman absen saat itu.

Sahabat Anas bercerita, saya ketemu dengan seorang pemuda yang luar biasa ibadahnya, kalau siang puasa ndak pernah berhenti, kalau malam salat ya semalam suntuk. Anak muda ini jelas-jelas mengungguli para senior-seniornya, saya lihat sahabat senior nggak ada yang punya amalan seperti dia. diceritakan para sahabat. nanti kita tanyakan pada Rasulullah SAW.

Akhirnya, begitu Rasulullah mendengar (mios) di masjid itu sahabat tanya, ya Rasulullah saya ketemu dengan pemuda ini… seperti ini… dari kabilah ini dari pedukuan ini, keturunan ini… Rasulullah menjawab, “Saya nggak kenal dia”.

Tiba-tiba anak ini masuk dari luar dalam keadaan wajah masih basah dengan air wudhu, tangannya ini nenteng trompahnya, masuk. Begitu sahabat-sabat tahu termasuk Anas, “ya rasul ini anaknya, ini anaknya yang saya ceritakan padamu ya Rasulullah”.

Begitu Rasulullah melihat Pemuda tersebut, Rasulullah komentar, “loh kok wajah pemuda ini ada stempel setannya. Saya melihat di wajah anak ini ada stempel setan,”

Loh, terkejut semua statement Rasulullah seperti itu…Yang dipuji-puji salatnya puasa luar biasa, tiba-tiba Rasulullah komentarnya ada stempel setan.

Akhirnya anak ini berjalan mendekat. Dipanggil Rasulullah, dan tidak mengucapkan salam. Ditanya Rasulullah, apakah ada krente’k– (hasrat) di hatimu kalau kamu ketemu dengan kaum-kaum yang mulia ini? kamu merasa lebih baik daripada mereka lebih mulia? Apa jawabannya, “Iya, saya ketemu siapapun, merasa mereka kecil semua,” jawab pemuda tersebut.

Setelah itu, anak ini tanpa bicara tanpa ngomong a,i,u…langsung masuk Masjid. Begitu masuk Masjid, Rasulullah menyatakan “Siapa yang berani meringkus anak ini, saya perhalus meringkus. Karena ini perintah Rasulullah Sahabat Abu Bakar, “Saya akan meringkus anak ini”.

Kemudian, dikejar anak ini masuk Masjid. Ternyata sedang Takbir, Abu Bakar berhenti sebab berpikir dia sedang salat, Rasulullah melarang menganggu orang-orang salat. Kemudian kembali kepada Rasul.

Giliran Sahabat Umar bersedia meringkus masuk anak ini, namun anak tersebut sedang sujud. Lalu yang ketiga Ali. Sebelum ia angkat kakinya masuk, Rasul mengatakan, kamu tidak bisa meringkus anak ini, tapi nanti kamu yang akan meringkus anak ini. Begitu saat Ali masuk Masjid anak sudah ngak ada sudah selesai salat, dan sudah pulang.

Setelah itu, Rasul menyatakan:
“Andaikan tidak ada anak seperti ini umatku bersatu tidak ada yang beda pendapat, ada yang beda-beda, katakan ya kelompok organisasi semua ini,- fii shofin wahid. Berarti anak ini cikal bakal perpecahan di dalam Islam”.

Lalu bagaimana dengan dawuh Rasulullah. Saat Ali menjadi khalifah di Kufah terjadi peperangan yang dikenal dengan naharin. Di situ yang pegang bendera adalah anak itu tadi yang sedang memberontak pada kekuasaan khilafahnya Sahabat Ali.

Baca Juga :  MEMBANGKITKAN KESADARAN BER-JAM’IYAH

Sahabat Ali mendengar anak itu yang pegang bendera, maka keluar Sahabat Ali, karena dia masih teriang ngiang, “Kamu yang akan meringkus”. Akhirnya terbunuh di tangan Sahabat Ali seperti sabda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam.

Ternyata dawuh Rasul benar, anak ini terbunuh di tangan Sahabat Ali dan anak ini sudah terkenal menjadi kelompok-kelompok Khawarij.

Orang yang shalatnya luar biasa, sampai Rasul mengatakan, “Shalatmu jangan diadu dengan mereka, nggak ada apa-apanya. Puasamu jangan diadu dengan mereka, nggak ada apa-apanya.

Tapi imannya, secepat anak panah lepas dari busurnya”. Shalatnya luar biasa, puasanya luar biasa, tapi detik per detik dia lepas dari Islam.

Menolak Kebenaran = Wahabi

Nah, sekarang tanda-tanda itu ada, penolakan kebenaran. semua orang sedunia Mufti sedunia, kalau memfatwakan misalnya ini ya pernah melihat yang mengatakan bahwa Ba’alawi itu sahih nasabnya, saya tetap menolak. Ulama dunia ditolak, ini ilmu macam apa semacam ini? bukan ajaran kita semacam itu…

Sekarang PC-PC itu dimasuki, terutama di Solo Raya itu sudah kena. Nanti akan saya usahakan supaya dibenahi itu PCNU yang sudah mulai menolak wirid-wirid yang sering kita baca, Rattibul Haddad dan semua amalan NU.

Nanti, pada gilirannya ya Masyaikh kita ya masyaikh kita Kanjeng Syech Abdul Qadir Jailani sudah mulai digarap, Sayyid Muhammad Ali Al Maliki juga diragukan nasabnya, nanti digilir semua. Nah, di belakang itu, dalangnya siapa? Wahabi.

Hanya Kaum Wahabi yang memang berani menolak seperti itu. Kebenaran ditolak dan sebagian daripada Syiah.

Ini perlu kami sampaikan di acara yang sangat penting ini untuk bagaimana intisab kita pada Mbah Hasyim Asy’ari, Syekhana Khalil, Mbah Syekh Nawawi Bantani, sebagai muassis-muassis NU, sebagai pemberi sinyal-sinyal ya lalu kalau sampai terkena, terimbas penyakit itu, tidak sadar kalau kita ini sebetulnya menolak Mbah Hasyim ya.

Inilah keinginan yang mereka (Wahabi) inginkan. Bagaimana NU ini yang begitu sudah besar ingin digilir, mereka punya keinginan untuk bisa menguasai Indonesia.

Ini khusus pada pengurus NU agar jangan penyakit itu ada, lalu mengimbas ke Jawa Timur. Pokoknya kalau Jawa Timur sampai kena, yang terkena adalah para muassis-muassis jammiyyah NU.

Kasus Ba’alawi, inikan kasus individual dengan habib a Habib e, mestinya ya habib ini saja yang di garap. Kenapa yang salah ini habibnya, orangnya, kok klannya atau organisasinya ini yang digarap. Berarti memang sudah punya tujuan untuk mengaburkan nasab para Habaib.

Banyak habib yang baik-baik, jasanya besar, banyak dzuriah Wali Songo jasanya besar. Indonesia bisa mayoritas muslim, negara yang semula agama lain, sekarang itu karena jasanya Wali Songo.

Masak, PBNU dibilang membela Habaib, menjadi jongosnya Habaib, jadi budaknya, menjadi anunya Ba’alawi. Itu tidak benar. Lha, inilah salah satu strategi dan cara-cara kaum Wahabi untuk mengaburkan dan mengadu domba umat. Semoga bermanfaat dan semoga kita semua dijauhkan dari sifat-sifat tercela, aminnn.

(huda sabily).

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.