KHUTBAH JUMAT: WUJUD IMAN YANG SEMPURNA

0

Dr. KH. Zakky Mubarak, MA

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أمَّا بَعْدُ. فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى يَا أَيُهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَقَالَ أَيْضًا: وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔاۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا وَبِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱلْجَارِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْجَارِ ٱلْجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلْجَنۢبِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُكُمْۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا. قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ حَوْلَ اَلْعَرْشِ مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَلَيْهَا قَوْمٌ لِبَاسُهُمْ وَ وُجُوهُهُمْ [نُورٌ] لَيْسُوا بِأَنْبِيَاءَ يَغْبِطُهُمُ اَلْأَنْبِيَاءُ وَ اَلشُّهَدَاءُ قَالُوا يَا رَسُولَ اَللَّهِ مَنْ هَؤُلاَءِ قَالَ هُمُ اَلْمُتَحَابُّونَ فِي اَللَّهِ اَلْمُتَجَالِسُونَ فِي اَللَّهِ وَ اَلْمُتَزَاوِرُونَ فِي اَللَّهِ

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah

Salah satu sifat dari seorang mukmin yang telah mencapai derajat yang tinggi adalah saling mengasihi, saling mencintai, dan saling bersilaturrahim antara satu dengan yang lainnya. Persaudaraan dan kasih sayang itu hendaknya dilaksanakan karena semata-mata mencari keridaan Allah s.w.t., tidak mengharap kemewahan duniawi. Begitu mulianya orang yang telah memiliki iman yang sempurna itu, sehingga digambarkan bahwa di Arasy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya.

Dalam mimbar itu, terdapat sekelompok orang yang pakaiannya terbuat dari cahaya, wajahnya memancarkan cahaya yang terang benderang. Mareka itu bukanlah para nabi, rasul, atau syuhada, bahkan sebaliknya, para nabi dan rasul serta syuhada iri atau cemburu kepada mereka. Informasi itu disampaikan Rasulullah s.a.w. kepada para sahabatnya. Para sahabat menampakkan keingingan yang sangat tinggi untuk mengetahui siapa sesungguhnya mereka itu?

Nabi s.a.w. menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang saling mengasihi, saling mencintai, saling menyayangi, saling mengunjungi karena semata-mata mencari keridhaan Allah s.w.t.”. Disebutkan dalam hadits:

إِنَّ حَوْلَ اَلْعَرْشِ مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَلَيْهَا قَوْمٌ لِبَاسُهُمْ وَ وُجُوهُهُمْ [نُورٌ] لَيْسُوا بِأَنْبِيَاءَ يَغْبِطُهُمُ اَلْأَنْبِيَاءُ وَ اَلشُّهَدَاءُ قَالُوا يَا رَسُولَ اَللَّهِ مَنْ هَؤُلاَءِ قَالَ هُمُ اَلْمُتَحَابُّونَ فِي اَللَّهِ اَلْمُتَجَالِسُونَ فِي اَللَّهِ وَ اَلْمُتَزَاوِرُونَ فِي اَللَّهِ

Sesungguhnya di seputar Arasy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya. Di atas mimbar itu ada sekelompok orang yang pakaiannya terbuat dari cahaya, wajahnya juga bercahaya. Mereka bukanlah para nabi atau para rasul. Keadaan mereka membuat para nabi dan para syuhada merasa iri atau cemburu. Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, jelaskan kepada kami kriteria orang tersebut. Nabi bersabda: Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling bersahabat karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah s.w.t.. (HR. Nasai, 4356).

Baca Juga :  Khutbah Jumat: Kesedihan dan beberapa Larangan bagi Kaum Muslimin

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Orang-orang yang merajut silaturrahim dengan keluarga, sahabat, karib kerabat, handai taulan dan sebagainya, kedudukannya sangat mulia, mereka akan memperoleh salam sejahtera dari Allah s.w.t.. Diriwayatkan ada seorang anak muda yang ditugaskan dalam kegiatan bisnisnya untuk mengunjungi suatu kota di mana ia bertugas. Untuk aktivitas bisnisnya itu, ia menyempatkan diri untuk mengunjungi saudaranya. Allah s.w.t. mengutus seorang malaikat untuk mencegat laki-laki itu dan menanyakan kepadanya mengenai tujuan mengunjungi saudaranya. Malaikat bertanya kepadanya: Hendak ke mana anda? Pria itu menjawab hendak mengunjungi saudaranya. Malaikat bertanya lagi: Apakah engkau mempunyai kepentingan dengannya? Apakah engkau ingin memperoleh suatu kenikmatan dari orang yang engkau kunjungi? Dan malaikat juga bertanya, apa tujuannya? Laki-laki muda itu menjawab bahwa ia mengunjungi saudaranya karena semata-mata mencari ridha Allah, mencintainya karena Allah, dan tidak mengharap keinginan lainnya.

Malaikat menginformasikan bahwa Sesungguhnya Allah telah mengutusnya untuk menginformasikan, bahwa Dia (Allah) mencintaimu karena engkau mencintainya karena Allah. Dijelaskan dalam hadits:

أَنَّ رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ أَيْنَ تُرِيدُ قَالَ أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ قَالَ هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا قَالَ لَا غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ فَإِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ

Seorang laki-laki mengunjungi saudaranya di sebuah kota lain, maka Allah mengutus malaikat untuk menemuinya. Ketika malaikat itu berjumpa dengannya, ia bertanya: Engaku mau ke mana? Ia menjawab: Aku ingin mengunjungi saudaraku di kota ini. Malaikat bertanya lagi: Apakah kamu mengunjunginya karena mengharapkan kebaikan darinya? Laki-laki itu menjawab: Tidak, kecuali aku hanya mencintainya karena Allah azza wajalla. Malaikat itu berkata: Sesungguhnya aku ini adalah seorang malaikat yang diutus menemuimu untuk menyampaikan bahwa sesungguhnya Ia (Allah) mencintaimu seperti engkau mencintai saudaramu karena-Nya. (HR. Muslim, 4656).

Betapa mulianya kehidupan orang-orang yang saling mencintai, saling menyayangi, saling mengunjungi karena semata-mata mencari keridhaan Allah s.w.t.. Kesempurnaan iman seseorang diungkapkan dalam kalimat yang singkat pada hadits berikut:

مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدْ اسْتَكْمَلَ الْإِيمَانَ

Baca Juga :  KHUTBAH JUMAT: Bulan Rajab Dan Pembelajaran Dari Waliyullah

Barang siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberikan sesuatu karena Allah, dan mencegah sesuatu karena Allah, maka sesungguhnya, orang itu telah memiliki iman yang sempurna. (HR. Abu Daud, 4061).

Kaum Muslimin yang kami muliakan

Ajaran Islam selain dari akidah, secara umum dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, seperti shalat, zakat, haji, dan sebagainya. Sedangkan muamalah mengatur hubungan manusia dengan sesama dan makhluk lain yang berkaitan dengan hubungan sosial, ekonomi politik, peradaban, dan kebudayaan. Kedua hubungan itu sering disebut dengan hubungan vertikal dan hubungan horizontal, hablun minallah wa hablun minannas.

Kedua hubungan tersebut harus terjalin secara istiqamah dan berkesinambungan, tidak boleh diabaikan salah satunya. Istilah itu sering juga disebut dengan ibadah ritual dan ibadah sosial. Hubungan secara menyeluruh dan komprehensif banyak disebutkan dalam al-Qur’an maupun al-Sunnah, antara lain:

وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔاۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا وَبِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱلْجَارِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْجَارِ ٱلْجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلْجَنۢبِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُكُمْۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri, (QS. Al-Nisa, 04:36).

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah

Dalam al-Sunnah, banyak dijelaskan tentang perintah untuk menjalin hubungan sesama manusia, antara lain:

مَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللَّهِ والْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُحْسِنْ إِلَى جَارِهِ ومَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah ia memuliakan tamunya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah ia merajut tali silaturrahimnya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah ia berkata yang terbaik atau diam. (HR. Bukhari, 5673).

Dalam ajaran Islam, kita jumpai banyak hal-hal yang menyangkut ibadah sosial, kedudukannya lebih tinggi dari ibadah ritual. Misalnya tentang ibadah haji, dijelaskan bahwa ibadah haji yang mabrur itu tidak ada lain balasannya kecuali syurga. Sedangkan seorang yang selalu menyantuni anak yatim dengan baik, digambarkan sebagai seorang yang masuk syurga berdampingan bersama Nabi s.a.w.. Disebutkan dalam hadits;

Baca Juga :  KHUTBAH JUMAT: RAHMAT ALLAH BAGI UMAT ISLAM

 الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ

Haji yang mabrur, tidak ada balasan baginya kecuali syurga. (HR. Ahmad, 7050 ).

أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا، وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا

Aku dan pemelihara anak yatim di syurga seperti ini, beliau mengisyaratkan jari telunjuk dengan jari tengahnya dengan merenggangkan keduanya. (HR. Muslim, 2983).

Dari keterangan hadits ini bisa dipahami bahwa seseorang yang melaksanakan ibadah haji akan masuk syurga, sedangkan orang yang menyantuni anak-anak yatim akan masuk syurga bersama Nabi s.a.w., beriringan seperti jari telunjuk dan jari tengah.

السَّاعِي علَى الأرْمَلَةِ والمِسْكِينِ، كالْمُجاهِدِ في سَبيلِ اللَّهِ، أوِ القائِمِ اللَّيْلَ الصَّائِمِ النَّهارَ.

Orang-orang yang keluar masuk kampung dan memberikan bantuan kepada janda dan orang-orang miskin, seperti orang yang berjihad di jalan Allah, atau seperti orang yang melaksanakan shalat semalam suntuk dan orang yang berpuasa di siang hari. (HR. Bukhari, 5353).

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلَهُ, أَرْسَلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. اَللّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلًا وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمْسُلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ اَللّهُمَّ أَصْلِحِ الرُعَاةَ وَالرَّعِيَّةَ وَاجْعَلْ إِنْدُوْنِيْسِيَّا وَدِيَارَ الْمُسْلِمِيْنَ آمِنَةً رَخِيَّةً رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فىِ السِّرِّ وَالْعَلَنِ وَجَانِبُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.