Refleksi Akhir Tahun 2024; Mengharap Resolusi Yang (Tak) Bersolusi

0

Tidak terasa, 365 hari di tahun 2024 telah kita lewati bersama dengan harapan dan impian. Banyak kenangan, baik suka dan duka telah dilalui di tahun ini. Secercah harapan dan asa juga menyertai perjalanan hidup di tahun yang penuh dinamika ini. 2024 bagi sebagian kita mungkin menjadi tahun yang mengasyikkan serta pertaruhan karir di berbagai bidang. Suka dan duka atau yang dalam istilah anak pesantren disebut “al-Farh wa al-Huzn” lumrah dirasakan manusia, selama masih bernafas di alam mayapada ini. Suka di kala menerima nikmat dan duka tatkala menerima cobaan merupakan siklus kehidupan sebagai roda penyeimbang keselarasan alam semesta.

Mereka yang kebetulan memenangkan pertarungan dalam pemilihan anggota dewan yang terhormat, 2024 adalah tahun yang menjadi starting point dari karir politiknya. Sedangkan mereka yang harus menelan pil pahit kekalahan dalam pertarungan tersebut, harus puas dengan posisi terendah atau titik nadir dalam hidupnya. Penulis rasa, kondisi itu tidak hanya dalam kontestasi pemilihan anggota dewan, dalam kontestasi pilkada yang baru saja dihelat, dinamika ueforia kemenangan dan kesedihan karena kekalahan juga menjadi pernak-pernik hidup di tahun 2024.

Menyikapi dua hal yang saling bertentangan ini, sebagai umat muslim kita diarahkan oleh al-Qur’an untuk tidak terlalu gembira sehingga melampaui batas, dan juga tidak boleh larut dalam kesedihan yang memanjang. “Lâ tahzan! Innallâha Ma’anâ” kalimat inilah yang selalu kita dengar untuk memotivasi diri agar bangkit dari keterpurukan. Memasrahkan diri kepada Allah s.w.t. di balik kesedihan dan duka yang kita alami merupakan sikap tawakkal. Dalam banyak ayat dalam al-Qur’an, Allah s.w.t. menyukai orang-orang yang bertawakkal. Dalam tasawuf, tawakkal masuk dalam tingkatan maqamât untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Baca Juga :  BEBAN DAN BELENGGU ITU TELAH HILANG

Meskipun begitu, alam mayapada yang kita tempati saat ini bukanlah kahyangan di mana seluruh aktivitas dan kebutuhan yang kita butuhkan langsung ada saat hati kita menginginkannya. Dunia terikat oleh sunnatullah atau hukum sebab akibat. Hukum kausalitas merupakan keniscayaan dan tidak akan pernah mampu diubah oleh siapapun selama langit masih belum runtuh dan kaca beling masih belum busuk di dalam tanah. Karena itu dalam teori psikologi, Abraham Maslow (m. 1970) mengajukan sebuah teori bahwa manusia pada hakikatnya mempunyai kebutuhan fisiologi dasar dan aktualisasi diri untuk diseimbangkan dalam hidup.

Fisiologi dasar adalah kebutuhan manusia untuk memberikan ruang kepada organ-organ tubuh agar bekerja sesuai dengan tupoksinya agar metabolisme tubuh menjadi seimbang, sehingga raga menjadi sehat serta tidak mudah sakit. Sedangkan aktualisasi diri adalah kebutuhan manusia untuk mengembangkan potensi dirinya ke arah yang paling maksimal. Kita yang mungkin di tahun 2024 ini seringkali ditimpa kesedihan daripada menerima kesenangan, diharapkan mempunyai solusi lewat aktualisasi diri.

Memperhatikan uraian di atas, penulis rasa aktualisasi diri itu penting dikembangkan oleh manusia, karena akan berpengaruh pada kinerja fisiologi dasar. Pepatah Latin mengatakan “Mens sana in corpore sano” jiwa yang sehat ada di dalam tubuh yang sehat. Bagaimana mungkin potensi diri mampu dikembangkan, jika raga yang menjadi tempat potensi tersebut tidak berdaya? Bagaimana mungkin tubuh yang sakit mampu menggali potensi luar biasa yang ada dalam diri manusia, sedangkan untuk bergerak saja membutuhkan bantuan orang lain? Penulis rasa, inilah yang disebut dengan mengharap resolusi yang rak bersolusi.

Karena itu, di akhir tahun 2024 ini marilah kita sama-sama menyeimbangkan kesehatan jasmani dan ruhani. Setidaknya, di tahun 2025 mendatang kita tidak lagi menjadikan rebahan sebagai solusi dan pencaharian resolusi yang tak kunjung diraih. Hidup yang dinamis adalah bergerak dan seseorang dikatakan hidup jika masih mampu bergerak, dan keberkahan itu ada dalam gerakan. Inna Fî al-Harakah, Barakah. Wallahu A’lam Bissawab!

Baca Juga :  MEMAKNAI ULANG PERIBAHASA “MULUTMU HARIMAUMU” DALAM PERSPEKTIF ADAB

H. Mohammad Khoiron

Jakarta, 31 Desember 2024.

Leave A Reply

Your email address will not be published.