RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Menteri Kehakiman dan Penasihat Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Al-Habbash, membenarkan pandangan bahwa penyelesaian persoalan Palestina berkaitan erat dengan Amerika Serikat. Menurutnya,
jalan terbaik yang dapat ditempuh yakni melalui diplomasi dengan Amerika Serikat untuk meyakinkan bahwa kepentingan mereka dapat terjamin dengan adanya kemenangan Palestina.
Sebab beliau menilai, hubungan antara Israel dan Amerika Serikat merupakan hubungan yang hanya didasari oleh kepentingan semata.
“Jika AS tahu kepentingan mereka bisa terganggu dengan sikapnya terhadap Palestina saat ini, pasti AS akan mengubah sikapnya di masa depan” ujarnya dalam diskusi Iftar Talk bertema “Masa Depan Palestina: Dampak Kebijakan Presiden Trump” pada Selasa, (18/03/25).
Mahmoud Al-Habbash menegaskan bahwa bangsa Palestina akan tetap berdiri di tanah airnya yang telah mereka tinggali selama 6.000 tahun. Oleh karena itu, membela Palestina bukan hanya tugas nasional, tetapi juga tugas agama.
“Nabi Muhammad saw. memerintahkan umat Islam untuk menjaga Palestina. Banyak sahabat datang ke sana, ratusan di antaranya syahid demi menjaga Tanah Palestina. Itu adalah kewajiban agama. Karena di Palestina lah terjadi peristiwa Isra Miraj, Masjidil Aqsha merupakan kiblat pertama dan kota suci ketiga,” katanya.
Dukungan dari berbagai pihak sangat berarti agar bangsa Palestina tidak terusir dari tanah airnya. Bantuan dapat berupa makanan, pakaian, hingga perawatan medis.
“Satu dolar negara Barat akan berakhir menghancurkan rumah, masjid, gereja. Satu dolar umat Islam akan melindungi mereka dan tempat ibadah mereka,” ujarnya.
Mahmoud Al-Habbash juga menyampaikan bahwa jika negara-negara Islam besar, termasuk Indonesia, dapat bersatu dan berkoordinasi, mereka bisa membentuk koalisi yang kuat. Organisasi Islam, termasuk kelompok keagamaan, pelajar, dan ulama, memiliki tugas untuk menjaga kesadaran mengenai pentingnya masalah Palestina.
“Tidak boleh ada seorang pun yang mengatakan tidak bisa membantu Palestina. Salah satunya adalah menjaga diri kita untuk tidak membenarkan pendudukan Israel,” tegasnya.
Selaras dengan hal tersebut, dalam sambutan pembuka, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyatakan bahwa dukungan terhadap Palestina adalah amanat dari pendirian Indonesia.
“Masalah Israel-Palestina merupakan bagian dari concern Proklamasi Kemerdekaan. Kita mau merdeka bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga agar bangsa lain di dunia merdeka,” ujar Gus Yahya.
Ia menambahkan bahwa bangsa Indonesia didirikan dengan visi yang matang terkait masa depan peradaban global, bukan sekadar aspirasi eksklusif. Hal itu secara eksplisit tertuang dalam dokumen fondasional negara.
(Anisa).