Deskripsi
SUARA KAUM MUDA JELANG MUKTAMAR NU
Risalah edisi 53 tahun 2015 mengupas tuntas tentang suara kaum muda saat menjelang Muktamar NU ke 33 di Jombang, Jawa Timur. Kaum muda dalam hal ini adalah GP Ansor, IPNU, IPPNU, Fatayat dan Muslimat NU. Di tangan merekalah NU lima tahun di tentukan. Lalu seperti apa suara mereka terpecah, beda pendapat atau pendapatan, simak Risalah edisi 53?…..
Memang, tidak bisa tidak, kaum muda harus diakomodir. Melihat pemilihan umum tahun 2014 baru lalu, pengaruh kaum muda begitu besar dalam menentukan kemenangan kontestan. Karena kaum muda kita memiliki potensi besar untuk bekerja menggagas dan mengusung cita-citanya. NU ketika lahir dahulu memang beda dengan NU sekarang. NU di massa lahir dahulu, pelaksananya hampir bisa dipastikan dipenuhi kaum muda. KH Masjkur, KH Mahfudz Siddiq, KH Abdullah Ubaid, KH Wahid Hasyim, KH Fattah Yasin, KH Wahib Wahab, KH Saifuddin Zuhri, KH Muhammad Dahlan, semuanya aktif di NU sejak muda belia.
Kalangan ulama sepuh seperti Syaikhona Khalil Bangkalan, Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri, KH Khalil Rembang, KH R Asnawi Kudus, KH Mahfudl Lasem, KH Cholil Rembang, menjadi pengayom anak-anak muda NU yang cerdas, tangkas dan gesit menjalankan perintah kaum sepuhnya itu. Banyaknya kaum muda yang bergabung di NU membuat NU mewadahinya dalam Gerakan Pemuda Ansor yang digagas KH Abdullah Ubaid. Gairah kaum wanita aktif di NU kemudian muncul wadah Muslimat untuk yang sepuh dan Fatayat untuk yang muda. Tak hanya itu, kalangan remaja pun kemudian bergabung dengan organisasi ini sehingga lahir Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Bahkan ketika NU semakin berkembang dan anak-anaknya banyak yang menjadi mahasiswa, lahirlah Pergerakan Mahasiswa Islam indonesia (PMII).
Begitu juga dengan semakin besarnya NU yang kemudian membentuk wadah profesi dalam NU, pertanian, guru, buruh, seniman, dan terakhir sarjana NU dan lain sebagainya. Pada semua lini kehidupan itu para Nahdliyyin ingin mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah serta ingin mengabdi kepada bangsa dan negara melalui NU.
Kaum muda NU tentu memiliki cita-cita yang ingin mengerakan NU dengan cara mereka agar NU tetap menarik kaum muda. NU bukan hanya kita kesankan sebagai faham warisan karena orang tua yang NU, tapi, adalah cita-cita, ideologi, budaya, pemikiran yang selalu dihayati dan dikembangkan yang kalangan muda sangat tahu zamannya. NU tidak akan sebesar ini jika pada saat awal berdirinya dulu tidak ditopang kaum muda semacam Wahid Hasyim, Mahfudz Siddiq, Abdullah Ubaid, Masjkur, Wahid Wahab, Ahmad Dahlan, Saifuddin Zuhri, Muhammad Ilyas, dan lain sebagainya. Kini dan kelak, kaum muda akan memiliki peran penting dalam pengembangan NU sebagai organisasi dan jam’iyyah, sementara kaum tua tinggal mengarahkan mereka agar tidak keluar dari jalur yang sebenarnya.
Ulasan
Belum ada ulasan.