Risalah NU Edisi 66

Rp15,000.00

Description

KIRAB SEMILIAR SHALAWAT NARIYAH

Risalah NU edisi 66 tahun 2016 laporan utamanya membahas soal kirab santri dan shalawat satu miliar dalam rangka memperingati hari santri nasional. Keluarga Besar Nahdlatul Ulama (KBNU) dari berbagai penjuru larut dalam pra acara sampai puncak hari santri. Lalu bagaimana kemeriahan peringatan hari santri di Jakarta dan di daerah Indonesia?…

Sabtu, 22 Oktober lalu, terkenang kembali 68 tahun lalu, ketika Hadlratus Syaikh Hasyim Asy’ari mengeluarkan resolusi jihad yang akhirnya membuahkan semangat juang untuk mempertahankan kemerdekaan. Hari itu oleh Presiden H. Joko Widodo kemudian ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional (HSM), tahun lalu. Untuk lebih memberi makna pada HSN itu, PBNU menginstruksikan pembacaan selawat Nariyah sebanyak 1 miliar yang kemudian membubuhkan rekor MURI. Angka semiliar bukan angka kecil.

Selawat Nariyah sendiri sekali baca memakan waktu sekitar 20 sampai 30 detik. Jumlah semiliar dibaca secara bersamaan oleh jutaan santri di seluruh Indonesia, sejak Aceh hingga Papua. Dilaporkan sejumlah media bahwa pembacaan selawat itu sukses, yang tak hanya di daerah Jawa. Bahkan di luar Jawa pembacaan selawat itu mendapat perhatian tinggi. Mereka membaca dan bahkan yang belum mengenal selawat itu segera  belajar dan ikut membacanya meski masih terbatabata. Selawat Nariyah adalah selawat ampuh. Selawat itu adalah selawat yang bertawassul dengan Rasulullah yang kadangkala disalahartikan oleh mereka yang menentangnya. Mereka menyebut, selawat itu diciptakan Syaikh Nariyah. Padahal, tidak ada nama Syaikh Nariyah.

Selawat itu semula bernama selawat Tafrijiyah. Nama Nariyah diambil oleh kalangan pengamal tarekat dan selawat di Afrika karena selawat ini bagaikan api yang cepat menyambar untuk tujuan-tujuan. Mengapa harus Selawat Nariyah? Menurut Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini, selawat itu adalah amalan yang diijazahkan oleh para ulama masyhur di NU. Biasanya dalam ijazah dari para kiai membaca hingga 4.444 kali dalam satu paket. Karena itu, untuk memperingati HSN, PBNU mengintruksikan membaca 1 miliar kali yang sama dengan 200.000 lebih paket baca.

Banner dalam Post 300 x 416

Hari santri bukan milik NU, milik mereka yang merasa santri. Tapi, karena NU memang didominasi kaum santri, maka sebagai organisasi terbesar ikut bertangungjawab atas suskses tidaknya pelaksanaan hari itu. Tentu saja keterlibatan Kementerian Agama yang menjadi pelindung pesantren markas para santri. Hal ini setidaknya untuk menjawab keresahan sejumlah kalangan, termasuk Ketua Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Mataram, NTB, Aziz Muslim yang mempertanyakan kenapa hanya NU yang memperingati HSN. Seharusnya semua pondok pesantren ikut berpartisipasi memeriahkan HSN yang sudah ditetapkan pemerintah.Biarlah sejarah nanti yang berbicara.

Selain masalah kirab santri, tim redaksi juga membahas masalah ke awajaan dan ke nu an lainnya, seperti pada rubrik tarikh yang membahas persamaan antara MTQ dan NU. Selain itu, pada rubrik aswaja sebagai manhajul fikri wal harakah merupakan sejarah pemikiran dan Metode Gerakan Aswaja. Penting untuk di baca dan di beli.

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “Risalah NU Edisi 66”

Your email address will not be published. Required fields are marked *