Risalah NU Edisi 68

Rp15,000.00

Description

SEMANGAT GUS DUR UNTUK INDONESIA

Edisi 68 Risalah NU dalam laporan utamanya membahas semangat Gus Dur (Presiden ke empat) untuk Indonesia. Haul KH Abdurrahan Wahid (Gus Dur) pada Jumat, akhir Desember 2016 lalu di Ciganjur, Jakarta Selatan, dihadiri ribuan orang. Tak hanya warga Nahdliyin, santri, tapi, juga berbagai lapisan dan kalangan masyarakat ikut meramaikan haul ketujuh itu. Pejabat, bahkan presiden hadir, termasuk tiga kandidat gubernur Jakarta yang duduk bersila berbaur dengan masyarakat lainnya.

Gus Dur memang sangat istimewa. Dia mantan presiden yang selalu diziarahi makamnya, sehingga Tebu Ireng menjadi DTW (Daerah Tujuan Wisata), sama dengan makam Bung Karno di Blitar, sosok yang dikagumi Gus Dur. Ratusan bus datang setiap hari yang tidak hanya berisi peziarah muslim. Bahkan sering rombongan umat Kristiani, Buddha, Hindu, Kong Hu Cu, dan lain sebagainya, datang berziarah dan tampak tidak aneh berbaur dengan kaum muslimin yang membaca surah Yasin dan tahlil secara serempak.

Gus Dur lah yang mengakui pertama Kong Hu Cu sebagai agama yang sebelumnya dianggap budaya. Dan genap pula pengakuan itu setelah pemerintah menetapkan hari raya Imlek sebagai hari libur nasional. Barongsang, wayang Putehi, kue keranjang, muncul lagi menyemarakkan Indonesia dengan beragam budaya anak manusia dari beragam agama. Malah, Gus Dur tak segan-segan mengaku dirinya juga keturunan Tionghoa dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak. Tan Kim Han, berdasarkan penelitian Louis-Charles Damais, adalah Syekh Abdul Qodir Al-Shini yang makamnya ada di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Bahkan ada yang menyatakan, jika saja Gus Dur tidak dirongrong dan dihambat dalam aktifitasnya menjembatani perdamaian antara Palestina dan Israel mungkin kedua negara itu sudah hidup damai berdampingan. Aktiftas Gus Dur di Yayasan Simon Peres dikritik dan bahkan dikecam umat karena seolah membuka jalan hubungan dengan negara Yahudi itu. Gus Dur tidak menjadi Yahudi. Tapi, Gus Dur ingin Israel berubah dengan tawaran-tawaran damai Gus Dur.

Hero Banner 1080 X 400

Hal senada pernah disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika pemakaman Gus Dur di Jombang. “Sebagai pejuang reformasi, almarhum telah mengajari kita kepada gagasan-gagasan universal mengenai pentingnya kita sebagai bangsa yang beragam ini menghormati dan menghargai keadilan. Melalui ucapan, sifat, dan perbuatannya, Gus Dur mengobarkan sekaligus melembagakan penghormatan kita kepada kemajemukan dan identitas yang tercampur dari perbedaan agama, kepercayaan, etnis, dan kedaerahan. Disadari atau tidak, sesungguhnya ia adalah bapak pluralisme dari multikularisme di Indonesia.” Alfatihah.

Selain Gus Dur, kami juga menyajikan rubrik khusus tentang pertemuan para pengusaha NU di Surabaya, PBNU memprakarsai penggalan dengan pengusaha di kalangan Nahdliyin dan kaum santri untuk membangun ekonomi umat sambil berharap bantuan dan dukungan Pemerintah RI. Selain itu tentu rubrik aswaja dan kenuan lainnya.

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “Risalah NU Edisi 68”

Your email address will not be published. Required fields are marked *