PP ISNU Gali Gagasan Kerja Sama Jakarta-Beijing-New Delhi ala Gus Dur

0

RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) menggelar forum “ISNU Forum on Investment, Trade and Global Affairs” dengan Tema: Revisiting Gus Dur’s Notion on Jakarta-Beijing-New Delhi Axis from the Memory of His International Advisor.

Ketua PP ISNU, Hery Haryanto Azumi mengungkapkan tema ini bertujuan untuk menggali kembali gagasan strategis KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tentang poros kerja sama antara Indonesia, Tiongkok (Beijing), dan India (New Delhi) dalam membentuk tatanan dunia baru yang lebih adil dan berimbang, bebas dari dominasi blok kekuatan besar Barat.

“(Ini adalah) misinya Gus Dur yang kemudian dilanjutkan oleh Ketum PBNU sekarang, Gus Yahya. Dan salah satu (misi) nya adalah berjejaring internasional,” jelas Hery di lantai 5 Gedung PBNU, Jl. Kramat Raya No 164, Jakarta Pusat, Kamis, (15/05/25).
Gagasan ini lahir dari kesadaran geopolitik Gus Dur bahwa Asia memiliki potensi besar untuk memainkan peran sentral dalam menciptakan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran global, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan keadilan sosial.

Mengingat kembali pada ide besar Presiden ke-4 RI KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tentang perlunya membangun poros kerja sama antara Indonesia, Tiongkok, dan India sebagai alternatif kekuatan global yang tidak hegemonik. Poros ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan kekuatan besar dunia, melainkan untuk mengimbangi dinamika global agar lebih adil, berimbang, dan tidak sepenuhnya dikendalikan oleh kekuatan Barat atau institusi finansial global yang eksklusif.

“Jadi kita ingin mengombinasikan nilai-nilai (antar negara tersebut), sharing nilai-nilai yang mana tujuannya kerja sama antar peradaban. Setelah itu kita meningkat pada posisi lebih lanjut yaitu kerjasama ekonomi dan yang lainnya,” katanya.

Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik, perang dagang, dan konflik regional di berbagai belahan dunia, wacana poros alternatif seperti yang digagas Gus Dur menjadi semakin relevan.

Forum ini juga menyoroti bagaimana diplomasi ekonomi dan perdagangan dapat menjadi instrumen perdamaian dan pembangunan bersama. Para pembicara menekankan bahwa investasi dan perdagangan lintas Asia harus diarahkan pada prinsip keadilan, pemerataan, dan kolaborasi, bukan eksploitasi. Dengan membangun kerja sama berbasis saling percaya dan nilai kemanusiaan, Asia dapat menjadi pusat kekuatan moral dan ekonomi dunia.

Pimpinan Mitra Dunia and Binma Group sekaligus Mantan Penasihat Internasional Gus Dur, Sohail Sattar Quraeshi mengungkapkan ia tidak dapat memastikan keberhasilan implementasi gagasan Gus Dur dalam era Prabowo, namun beliau menilai Prabowo sebagai Presiden yang visioner.

“Yang bisa saya katakan adalah bahwa dia (Prabowo) juga seorang visioner. Dia mengambil kendali di negara ini pada setiap kesempatan. Dia memainkan kartunya dengan sangat baik dalam geopolitik, khususnya dalam hubungannya dengan Presiden Trump,” katanya. (Anisa).

Leave A Reply

Your email address will not be published.