RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Ketua Lembaga Dakwah (LD) PBNU KH Abdullah Syamsul Arifin menyebut ada berbagai cara yang dapat ditanamkan dalam hati dalam berdakwah agar semangat para dai tidak terpengaruh dengan faktor kepentingan lain di luar prinsip amar ma’ruf nahi munkar. Hal tersebut disampaikannya pada Dakwah Sphere: Ngaji dan Temu Pegiat Dakwah Digital NU yang diselenggarakan oleh LD PBNU di Plaza lantai 1, Gedung PBNU, Jakarta Pusat pada Selasa malam (17/6/2025).
Mengutip maqolah Syeikh Ali Tanthawi, sosok yang kerap disapa Gus Aab ini menyampaikan, “kita semua ini adalah orang-orang biasa dalam pandangan orang yang tidak mengenal kita bagi orang yang tidak mengenal kita. Tapi kita adalah orang yang mengecewakan, orang yang menjengkelkan bagi siapa? Bagi orang yang hasud dan iri dengki kepada kita.”
Ia menerangkan kalau apa dan bagaimana pun perilaku yang diperbuat seseorang akan menuai pandangan yang bermacam-macam, tergantung dari siapa perspektif tersebut muncul.
Seseorang bisa menjadi sosok yang begitu istimewa menurut orang-orang tertentu dan pada saat yang bersamaan ia juga bisa memperoleh pandangan negatif dari orang lain yang iri kepadanya.
“Kita ini orang-orang yang menarik bagi orang yang paham kita dan kita ini orang yang istimewa bagi orang yang mencintai kita. Tapi jangan lupa kita juga orang yang jelek bagi orang yang dengki dan hasud kepada kita,” ujar Gus Aab.
Pandangan ini ia sampaikan setelah menyoroti banyaknya hal yang dapat terjadi dalam praktik dakwah, termasuk sulitnya mengatakan kebenaran saat berhadapan dengan orang yang dianggap berpengaruh.
Menurut Gus Aab risiko di dalam menyampaikan kebaikan sudah pernah secara langsung disampaikan oleh Rasulullah SAW agar tetap konsisten dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar walaupun berat saat menjalaninya, yakni terdapat dalam hadits nabi “Qulil haqqa walaw kaa na murroh (katakanlah yang benar walau pahit adanya).”
Oleh karena itu, ia berpesan agar umat Islam, khususnya para dai, melatih hatinya untuk menanamkan hadits tersebut sambil menerapkan ajaran yang telah disampaikan Syeikh Ali Tanthawi dalam mengelola diri atas pandangan orang lain. Hal ini dilakukan agar saat hendak menyampaikan kebenaran, seseorang tidak gentar kepada siapa pun yang dihadapi dengan niat mencari ridha Allah SWT bukan hanya untuk disenangi orang lain.
“Maka masing-masing orang-orang punya penilaiannya sendiri. Jangan pernah capek-capek untuk memperbaiki performance dan penampilanmu agar baik di hadapan orang lain,” tegasnya.
“Cukuplah mencari ridha Allah karena ridha dari manusia adalah sesuatu yang tidak akan bisa digapai sementara ridha Allah adalah hal yang tidak boleh ditinggalkan,” sambungnya
Ia juga menjelaskan saat umat Islam ingin menjadi bagian dari kelompok yang disebut khaira ummah, perlu mengambil peran dan bagian dalam amar ma’ruf nahi munkar. Peran ini dapat ditunjukkan melalui cara dan passion masing-masing yang ditujukan untuk melaksanakan perintah Allah, tidak terbatas pada bentuk majelis ilmu saja.
Gus Aab mengimbau kepada seluruh kader dan pegiat dakwah NU agar konsisten bergerak dalam menebarkan kebaikan tanpa lelah, dan menjaga ketulusan dalam setiap langkahnya.
“Jangan pernah berhenti menyampaikan kebenaran. Pegang amanat ini. Kita bukan siapa-siapa di mata dunia, tapi bisa menjadi istimewa di sisi Allah jika kita istiqamah,” pungkasnya.
Pertemuan keenam Dakwah Sphere ini dihadiri oleh Kabid Pendidikan Masjid Istiqlal KH Mulawarman, KH Taufiqurrahman (Kiai Pantun), pengurus LD PBNU, serta para dai dan masyarakat umum. (Ekalavya).