Pengurus Fatayat NU Gelar Halaqah Peradaban Jilid II

0

RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Pengurus Pusat Fatayat NU menggelar Halaqoh Fikih Peradaban 2023 yang bertemakan “Ijtihad Ulama NU dalam Bidang Sosial-Politik untuk Peradaban yang Berkeadilan Gender” pada Jumat, 22 Desember 2023 yang bertempat di Aone Hotel Jakarta.

Acara tersebut dihadiri sejumlah pemikir NU diantaranya, Ketua Umum PP Fatayat NU Hj. Margaret Alityatul Maimunah, KH. Ulil Abshar Abdalla, Ufi Ulfiah, Hj. Iffatul Umniyati Ismail – KH. Marzuki Wakid – Hj. Iffaty Zamimah – Hj. Nur Rofi’ah, serta KH. Aniq Nawawi.

Halaqoh Fikih Peradaban sedang gencar dilakukan pada saat ini di seluruh penjuru wilayah Indonesia, mengingat Halaqoh ini merupakan salah satu program unggulan PBNU di kepengurusan periode ini.

Pada bulan Desember ini sebanyak 210 titik halaqoh diselenggarakan secara serentak dimulai dari ujung Indonesia Timur sampai wilayah barat Indonesia.

“Ini salah satu program yang memng diprioritaskan oleh PBNU,” ujar Ulil.

Adapun Tujuan dari pelaksanaan halaqoh tersebut menurut Ulil untuk mendorong terjadinya diskusi yang dinamis antara para  kyai2 dan para santri di lingkungan Pesantren.

“Tapi yang dimaksud pemikiran disini berpikir itu artinya adalah berpikir untuk mendialogkan

Antara pemahaman-pemahaman keislaman yang selama ini diajarkan di pesantren terutama melalui kitab-kitab kuning ini dengan situasi peradaban sekarang,” terangnya.

“Jadi dengan mengadakan halaqoh ini minimal itu mengakui bahwa tradisi kita itu harus dibaca ulang. ” tambahnya.

Sebagaimana diketahui, ini bukan kali pertama halaqoh dilaksanakan. Pertama kali Halaqoh digelar pada tahun 1989 persis setelah muktamar NU ke 28 di pesantren krapyak Yogyakarta, dimana pada saat itu Gus Dur terpilih kedua kalinya sebagai Ketua Umum PBNU. Beberapa Kyai yang turut berperan penting pada pelaksanaan awalnya diantaranya KH Masdar Farid Mashudi, Gus Mus, dan KH. Sahal Mahfudz, KH. Wahid Zaini (Pesantren Nurul Jadid Probolinggo, KH. Mustolih Badawi (Pesantren Ihya Ulumuddin Cilacap), serta Kyai Ali Maksum Krapyak. Tema yang diusung pada waktu itu adalah “Halaqoh Kontekstualisasi Kitab Kuning”.

“Ini mungkin sesuatu yang kelihatan bagi anda semua sederhana, tapi bagi saya tidak sederhana. Karena kesadaran bahwa kitab itu harus dikontekstualisasikan,”. Ujarnya.

Ulil pun mengaku bahwa perubahan yang terjadi disebabkan tumbuhnya kesadaran yang transformatif.

Dari itu, ia mengingatkan perlunya membaca ulang kembali kitab kuning sesuai dengan perkembangan zaman dan waktu.

“Karena kalau tidak ada kesadaran bahwa kitab harus dikontekstualisasikan, harus ya, dibaca ulang sesuai dengan perkembangan zaman dan waktu maka agak repot kita ngajak kyai-kyai diskusi,” pungkasnya.

Senada dengab Ulil, Ufi Ulfiah, ketua Fatayat NU mengapresiasi gelaran Halaqoh tersebut. Menurutnya Forum halaqoh ini tidak hanya sekedar berdiskusi terkait problem keadilan gender semata, namun lebih jauh halaqoh ini harus mampu menjadi jawaban atas problematika yang menyangkut persoalan gender.

“Tetapi lebih dari itu bukan hanya bagaimana problem-problem ketidakadilan gender dijawab oleh jawaban-jawaban fiqhiyah yang itu pasti bisa terumuskan hari ini, tetapi lebih dari itu,” tandasnya. (yudo)

Leave A Reply

Your email address will not be published.