Dr. KH. Zakky Mubarak, MA (Mustasyar PBNU)
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. يَا أَيُهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: قُلْ هَلْ مِنْ شُرَكَاۤىِٕكُمْ مَّنْ يَّهْدِيْٓ اِلَى الْحَقِّۗ قُلِ اللّٰهُ يَهْدِيْ لِلْحَقِّۗ اَفَمَنْ يَّهْدِيْٓ اِلَى الْحَقِّ اَحَقُّ اَنْ يُّتَّبَعَ اَمَّنْ لَّا يَهِدِّيْٓ اِلَّآ اَنْ يُّهْدٰىۚ فَمَا لَكُمْۗ كَيْفَ تَحْكُمُوْنَ. قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَّ مَثَل مَا بعَثني اللَّه بِهِ منَ الْهُدَى والْعلْمِ كَمَثَلَ غَيْثٍ أَصَاب أَرْضاً فكَانَتْ طَائِفَةٌ طَيبَةٌ، قبِلَتِ الْمَاءَ فأَنْبَتتِ الْكلأَ والْعُشْبَ الْكَثِيرَ، وَكَانَ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمسكَتِ الماءَ، فَنَفَعَ اللَّه بِهَا النَّاس فَشَربُوا مِنْهَا وسَقَوْا وَزَرَعَوا. وأَصَابَ طَائِفَةٌ مِنْهَا أُخْرَى، إِنَّمَا هِيَ قِيعانٌ لا تُمْسِكُ مَاءً وَلا تُنْبِتُ كَلأ فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينَ اللَّه، وَنَفَعَه بمَا بعَثَنِي اللَّه بِهِ، فَعَلِمَ وعَلَّمَ، وَمثلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذلِكَ رَأْساً وِلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ متفقٌ عَلَيهِ.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah
Allah s.w.t. berfirman:
قُلْ هَلْ مِنْ شُرَكَاۤىِٕكُمْ مَّنْ يَّهْدِيْٓ اِلَى الْحَقِّۗ قُلِ اللّٰهُ يَهْدِيْ لِلْحَقِّۗ اَفَمَنْ يَّهْدِيْٓ اِلَى الْحَقِّ اَحَقُّ اَنْ يُّتَّبَعَ اَمَّنْ لَّا يَهِدِّيْٓ اِلَّآ اَنْ يُّهْدٰىۚ فَمَا لَكُمْۗ كَيْفَ تَحْكُمُوْنَ
Katakanlah: “Apakah di antara sekutu-sekuturmu ada yang menunjuki kepada kebenaran?” Katakanlah “Allah-lah yang menunjuki kepada kebenaran”. Maka apakah orang-orang yang menunjuki kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk? Mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan? (QS. Yunus, 10:35).
Rasulullah s.a.w. diarahkan oleh Allah s.w.t. untuk menyampaikan pertanyaan pada mereka. Apakah tuhan-tuhan yang mereka persekutukan dengan Allah itu dapat memberikan petunjuk pada jalan yang lurus sebagaimana yang diterima oleh manusia yang beriman?
قَالَ رَبُّنَا ٱلَّذِيٓ أَعۡطَىٰ كُلَّ شَيۡءٍ خَلۡقَهُۥ ثُمَّ هَدَىٰ
Musa berkata: “Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. (QS. Thaha, 20:50).
Pertanyaan Nabi yang disampaikan kepada mereka pasti tidak akan mampu dijawabnya. Karena petunjuk yang sebenarnya adalah yang datang dari Allah s.w.t.. Petunjuk Allah yang diberikan kepada manusia terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu: (1) hidayah atau petunjuk berupa penciptaan dan pembentukan (al-Khalqu wa al-Takwin). Petunjuk ini dterima oleh semua makhluk yang terdiri dari benda mati, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia. Tingkatan petunjuk yang ke (2) berupa gharizah atau insting yang dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia. Tingkatan petunjuk yang ke (3) berupa panca indera seperti indera perasa, pendengaran, pengelihatan, dan sebagainya. Petunjuk ini dimiliki oleh hewan dan umat manusia. Tingkatan petunjuk yang ke (4) berupa akal pikiran dan kalbu., petunjuk ini hanya dimiliki oleh manusia. Tingkatan petunjuk yang ke (5) adalah petunjuk berupa wahyu dari Allah s.w.t. melalui para nabi dan rasul-Nya. Petunjuk ini hanya dimiliki oleh manusia yang beriman.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Setelah orang-orang musyrik tidak mampu memberikan jawaban yang menegaskan bahwa tidak ada seorang pun di antara mereka yang merasa dirinya memperoleh petunjuk dari tuhan-tuhan yang mereka persekutukan, baik petunjuk yang bersifat umum ataupun petunjuk wahyu. Maka Rasulullah Muhammad s.a.w. agar menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut bahwa hanya Allah yang memberikan petunjuk kebenaran yang sesungguhnya kepada umat manusia. Petunjuk yang diberikan Allah s.w.t. kepada umat manusia demikian lengkap berupa akal pikiran dan kalbu serta petunjuk wahyu. Dengan petunjuk itu, maka manusia akan memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap alam semesta dan melahirkan berbagai disiplin ilmu. Cabang-cabang ilmu itu terus berkembang dari masa ke masa dan tidak pernah berhenti. Hal ini pasti diakui oleh semua orang bahwa makhluk Allah yang paling tinggi adalah manusia yang beriman
Selanjutnya, supaya dipertanyakan kepada orang-orang musyrik: Manakah yang lebih berhak untuk diikuti, Allah s.w.t. yang memberikan petunjuk kepada makhluk-Nya ataukah sembahan-sembahan mereka yang tidak dapat memberikan petunjuk sedikitpun, bahkan tidak dapat mengetahui terhadap dirinya sendiri? Mengapa orang-orang musyrik itu memilih jalan yang sesat? Sekiranya mereka mempergunakan akal dan pikirannya, tentulah mereka akan percaya kepada Allah s.w.t. yang telah memberikan hakikat petunjuk dan jalan yang lurus. Pada akhir ayat ini, sikap dan perbuatan orang-orang musyrik itu mendapat celaan karena kesalahan-kesalahan mereka yang menjadikan berhala-berhala sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Padahal berhala-berhala itu bukanlah pencipta dan tidak pula memberi rizki dan tidak memberikan petunjuk sedikitpun. Mengapa mereka mengambil keputusan yang tidak adil, yaitu menganggap berhala-berhala itu sebagai tuhan yang harus disembah. Dari kenyataan ini jelaslah kesesatan dan keburukan perilaku mereka.
وَمَا يَتَّبِعُ أَكۡثَرُهُمۡ إِلَّا ظَنًّاۚ إِنَّ ٱلظَّنَّ لَا يُغۡنِي مِنَ ٱلۡحَقِّ شَيًۡٔاۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمُۢ بِمَا يَفۡعَلُونَ
Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS. Yunus, 10:36).
Kaum Muslimin yang kami muliakan
Selanjutnya dijelaskan lebih jauh mengenai kesalahan keyakinan dari orang-orang musyrik yang selalu mempersekutukan Allah, memusuhi para nabi dan rasul dan tidak percaya kepada hari kebangkitan. Kepercayaan seperti itu bukanlah keyakinan yang benar, akan tetapi hanya dugaan yang sesat dan bertaklid buta pada nenek moyang dan para pendahulu mereka. Mereka mempercayaai bahwa para pendahulu dan nenek moyang mereka berada dalam kebenaran. Padahal sesungguhnya, apa yang dilakukan nenek moyang mereka itu adalah sesat dan menyesatkan. Sungguh pun demikian, ada sebagian kecil dari mereka yang menyadari bahwa agama yang dibawa Nabi Muhammad s.a.w. adalah agama yang benar dan petunjuk yang sesungguhnya. Sedangkan berhala-berhala yang mereka sembah, tidak dapat memberikan suatu apapun pada mereka.
Namun demikian, karena hati mereka telah dinodai oleh kemusyrikan dan sikap mereka yang angkuh dan ingkar terhadap kerasulan Muhammad, maka mereka tetap menolak kebenaran yang sesungguhnya telah mereka yakini. Selain itu, mereka khawatir kalau mengikuti agama yang dibawa Nabi Muhammad s.a.w., maka akan hilang dari mereka kemewahan duniawi seperti jabatan, kepemimpinan, sumber kehidupan mereka dan berbagai kemewahan lainnya yang mengakibatkan mereka tetap memilih jalan yang sesat dan bergelimang dalam perbuatan dosa. Selanjutnya al-Qur’an menjelaskan bahwa keadaan orang-orang yang mendasarkan keyakinannnya pada dugaan-dugaan itu sedikitpun tidak berguna untuk mencapai kebenaran. Dugaan-dugaan tersebut tidak mungkin disamakan dengan keyakinan. Sedangkan keyakinan bisa timbul apabila didasarkan pada suatu kebenaran yang mutlak yang tidak bisa diragukan lagi.
Allah s.w.t. Maha Mengetahui apa yang mereka lakukan, baik pada perilaku yang didasarkan pada kepercayaan yang belum pasti kebenarannya atau perilaku yang didasarkan pada yang lebih pasti kebenarannya. Allah s.w.t. yang Maha Mengetahui semua perilaku manusia dan Dialah yang akan memberikan balasan terhadap perilaku tersebut. Perilaku yang baik akan dibalas dengan kebaikan, sedangkan perilaku yang buruk akan dibalas dengan kehinaan dan kesengsaraan.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Dari khutbah yang singkat ini dapat disimpulkan bahwa petunjuk yang sesungguhnya adalah petunjuk yang datangnya dari Allah s.w.t. melalui para nabi dan rasul-Nya. Sedangkan petunjuk yang berdasarkan pada dugaan-dugaan belaka akan menyesatkan umat manusia. Petunjuk Allah s.w.t. kepada makhluk-Nya terdiri dari lima tingkatan, yaitu penciptaan dan pembentukan, gharizah dan insting, panca indera, akal, pikiran, kalbu, dan petunjuk wahyu dari Allah s.w.t. melalui para nabi dan rasul-Nya. Sebagian dari orang-orang musyrik Quraisy ada yang menyadari tentang kekeliruan mereka dalam menyembah berhala dan meyakini bahwa ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad s.a.w. adalah kebenaran yang hakiki. Hanya karena mereka telah dipengaruhi oleh fanatisme nenek moyang dan pendahulunya, serta kebenciannya kepada Nabi akhir zaman itu, sehingga mereka memusuhinya dengan keras. Inilah yang mengakibatkan mereka terjerembab dalam kesalahan dan kekeliruan yang sangat jauh.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلَهُ, أَرْسَلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. اَللّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلًا وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمْسُلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ اَللّهُمَّ أَصْلِحِ الرُعَاةَ وَالرَّعِيَّةَ وَاجْعَلْ إِنْدُوْنِيْسِيَّا وَدِيَارَ الْمُسْلِمِيْنَ آمِنَةً رَخِيَّةً رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فىِ السِّرِّ وَالْعَلَنِ وَجَانِبُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.