KH. Masyhuri Malik adalah Ketua PBNU Bidang Organisasi Keanggotaan dan Kaderisasi. Pada priode sebelumnya menjadi Ketua Lazis PBNU, sekaligus sebagai koordinator pelaksana pengkaderan di PBNU.
Pria yang akrab disapa Kiai Masyhuri lahir di Batang, Jawa Tengah, pada tanggal 16 Oktober 1954. Ayahnya bernama H.Abdul Malik, dan ibunya Ny. Hj. Suparmi Aisyah. Kiai Masyhuri menikah dengan Hj. Qomariyah yang merupakan alumni Pondok Pesantren Putri Seblak Tebu Ireng, dan dikaruniai empat orang putra-putri yakni Athia Yumna, Ahmad Faisal, Muthia Diyani dan Hanna Fauziyah.
Dimata keluarga, Kiai Masyhuri dikenal sebagai sosok pencinta keluarga dan disiplin hingga mengantarkan anaknya menjadi orang-orang sukses dalam studi dan karier. Sedangkan dilingkungan organisasi, sosok Kiai Masyhuri dikenal sebagai tokoh sederhana, supel dan tegas. Karenanya, Ia dipercaya sebagai nahkoda pengkaderan PBNU. Baginya, menjaga warisan para muasis NU dan menjaga nasionalisme (NKRI) adalah yang utama.
Kegiatan terbaru, Kiai Masyhuri mendapatkan tugas bersama tim kaderisasi PBNU melakukan lawatan ke Negeri Sakura Jepang dalam rangka penyelenggaraan Kaderisasi PD-PKPNU dan PMKNU untuk warga Nahdliyyin dan PCI NU Jepang. Sekaligus meresmikan Ponpes NU At Taqwa bersama Dubes RI untuk Jepang Ir Heri Akhmadi.
Dihadapan para kader NU Jepang, Kiai Masyhuri berpesan bahwa warga NU Jepang harus dapat konsiten menjaga keberagamaan Islam ahlussunah wal jamaah annahdliyah dan menjaga kebangsaan, nasionalisme NKRI.
“NU tidak butuh kita, kitalah yang butuh NU. Tentunya menjadi impian dan harapan kita semua nanti bisa berkumpul dengan para pendiri NU, Mbah Hasyim Asy’ari, Mbah Wahab Chasbulloh dan para pendiri NU lainnya,” harapnya.
Pendidikan dan Karir
Kiai Masyhuri menempuh pendidikan dasar di SDN Bawang dan SMP Limpung Batang. Pada saat yang sama beliau nyantri di Pondok Pesantren Plumbon Limpung Batang kepada KH. Syair (Rais Syuriyah PCNU Batang).
Kemudian di tahun 1969 Kiai Masyhuri diperintahkan ayahnya untuk nyantri Pondok Pesantren Al Hidayat Lasem, berguru langsung kepada Mbah Kiai Ma’shoem salah seorang sesepuh dan pendiri NU.
Ia menghabiskan masa remajanya di pesantren ini selama 6 tahun dari tahun dari 1969 sampai 1975. Di Pesantren Mbah Ma’shoem inilah, beliau sempat ditunjuk sebagai sekretaris pondok, sembari diminta mendampingi Mbah Ma’shoem melayani tamu-tamu (khodim) yang datang ke pesantren.
Bahkan Kiai Masyhuri juga diminta ikut mengajar para santri di pesantren Lasem sampai masa akhir nyantri.
Seperti para santri tempo dulu, sosok Kiai Masyhuri tidak merasa cukup hanya belajar di satu pesantren. Mbah Masum sendiri juga sering menganjurkan para santrinya untuk menambah ilmu (tabarrukan) dengan berguru kepada kiai-kiai di pesantren lain. Ada istilah “santri pasanan/pasaran” atau santri yang berkeliling dari satu pesantren ke pesantren yang lain.
Selama di Pesantren Mbah Ma’shoem, Kiai Masyhuri juga meminta izin untuk mengikuti pengajian pasaran/khataman kitab-kitab tertentu kepada para kiai di beberapa pesantren seperti di Pesantren Poncol Salatiga, Kaliwungu Kendal, sampai ke Pesantren Ploso Kediri Jawa Timur.
Tak puas akan ilmu pesantren, Kiai Masyhuri Ia pun melanjutkan nyantri di Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta dibawah KH Ali Ma’sum Rais Aam PBNU. Saat di Ponpes Krapyak Beliau pernah di amanati sebagai Ketua Pondok/Lurah pondok menggantikan KH Asyhari Abta dan Alm KH Aly As’ad.
Bahkan Kiai Masyhuri melanjutkan studinya dengan nyambi kuliah (S1) di IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga selesai tahun 1982. Saat kuliah itulah, wawasan dan keorganisasian ia terapkan dengan aktif berorganisasi bersama banyak kader NU dari berbagai daerah di Indonesia.
Dengan berbekal ilmu kepesantrenan/keorganisasian dan restu dari para kiai sepuh serta jaringan yang luas, membuat Kiai Masyhuri menjadi sosok yang cukup tangguh, mumpuni dan menjadi tumpuan dalam berorganisasi dan bermasyarakat.
Pada tahun 1978, Kiai Masyhuri didaulat menjadi Ketua Umum PMII IAIN Yogyakarta, sekaligus menjadi Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa. Beliau juga sebagai Ketua Majlis Pertimbangan Pengurus Besar Ikatan Alumni PMII (PB IKA-PMII) sampai sekarang.
Kemudian Beliau pernah menjadi Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Cabang Batang pada tahun 1980. Sekretaris PCNU Bekasi tahun 1985. Dan Ketua PCNU Kabupaten Bekasi tahun 1996-2000.
Selain itu, Kiai Masyhuri juga mendirikan yayasan pendikan Islam “Ar Raudhah” di Tambun, Bekasi sejak 1996 yang meliputi jenjang pendidikan TK, MI, SLTP, SLTA.
Bahkan Ia juga pernah menjadi Anggota DPRD Bekasi selama tiga periode sampai 2004. Setelah sempat aktif di panggung politik praktis. Pada 2010 Kiai Masyhuri memutuskan untuk berkhidmat hanya di NU dengan menjadi salah satu Ketua PBNU bidang OKK. Dengan jabatan ini, Kiai Masyhuri bertekad bahwa kaderisasi di NU harus tetap berlanjut secara masif untuk mengawal eksistensi dan lejayaan di abad kedua NU.
(huda).