RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Sarjana dan akademisi peserta Konferensi Humanitarian Islam yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengunjungi Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, Jakarta Pusat pada Senin (4/11/2024).
Para delegasi didampingi oleh Ketua PBNU KH Ahmad Suaedy, Wasekjen PBNU Sidrotun Naim, dan sejumlah panitia pada kunjungan ini.
Sesampainya di Masjid Istiqlal, mereka tertarik pada potret antara Imam Besar Istiqlal KH Nasaruddin Umar dengan Paus Fransiskus pada September 2024 lalu.
Ketua PBNU KH Ahmad Suaedy memandu sesi ramah tamah dalam kunjungan tersebut dilanjutkan dengan perkenalan para akademisi oleh Charles Holland Taylor dari Amerika Serikat yang merupakan akademisi dari (Center for Shared Civilozational Value) CSCV.
Kepala Bidang Penyelenggaraan Peribadatan Masjid Istiqlal KH Bukhori Sail At-Tahiri menyambut kedatangan para delegasi.
Kiai Bukhori menyampaikan, “kami berterima kasih sekali atas kunjungan para akademisi dunia. Ini sejalan dengan visi-misi kami bahwa Istiqlal adalah masjid internasional.”
Para peserta kemudian mengikuti tur mengelilingi Masjid Istiqlal hingga bersama-sama melewati Terowongan Silaturahmi antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.
Setelah melewati Terowongan Silaturahmi (Wot Ati), para peserta sampai di halaman Gereja Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga, Jakarta. Di sana mereka disambut oleh Romo Thomas Ulun Ismoyo dan Humas Gereja Katedral Jakarta Susi Suwadie.
Para akademisi kemudian bertemu dengan Uskup Agung Indonesia Kardinal Ignatius Suharyo. Kardinal Suharyo menyambut dengan hangat para peserta. Ia juga mengapresiasi gagasan Humanitarian Islam yang diusung oleh PBNU. Ia satu pendapat dengan PBNU bahwa agama apa pun jelas akan mengutamakan kemanusiaan.
“Saya kira semua agama akhirnya akan berbicara mengenai kemanusiaan, best practices-nya seperti apa dan kerja samanya itu nanti bagaimana mengembangkan konsep itu,” kata Suharyo
Keindahan toleransi terimplementasi dalam kehidupan umat beragama Islam dan Katolik yang beribadah di Istiqlal maupun Katedral. Humas Gereja Katedral Susi Suwadie menyampaikan bahwa gereja akan dipenuhi jemaat saat misa-misa dalam hari besar seperti misa natal dan paskah.
“Tidak ada ruang yang tersisa bahkan sampai ke lahan parkir. Oleh karena itu, tetangga kami Masjid Istiqlal meminjamkan lahan parkirnya untuk digunakan jemaat,” ungkapnya.
Salah seorang delegasi yakni Robert Hefner menyampaikan kesannya atas kunjungan ke Masjid Istiqlal.
“Kunjungan ini terasa sangat menyejukkan hati dan menentramkan jiwa,” kata Hefner.
Ia juga terkesan saat melintasi Terowongan Silaturahmi (Wot Ati) antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, Jakarta Pusat.
Menurutnya, ini merupakan pengalaman yang perlu dirasakan banyak umat di dunia berkenaan dengan hidup harmonis dan bersahabat dalam berbagai perbedaan, termasuk perbedaan keyakinan.
Ekalavya