Deskripsi
Menyambut ‘Pesta’ Nahdliyin
Muktamar sebenarnya pesta Nahdliyin. Inilah kesempatan baik warga NU untuk bisa berjumpa para ulama dan mencium tangannya. Pada Muktamar NU 1,2 dan 3 yang diselenggarakan di Surabaya, antusias warga NU diperlihatkan dengan bisa melihat wajah para pewaris nabi itu. Wajah teduh ulama sepuh seperti Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari dan KH Asnawi Kudus dengan senang hati menerima mereka.
Hal yang sama diperlihatkan warga NU Lampung yang sebenarnya sudah tak sabar dengan terselenggaranya muktamar di propinsi itu. Sejak dua tahun lalu mereka menunggu. Muktamar yang seharusnya diselenggarakan tahun 2020 lalu itu terpaksa mundur karena Pandemi, sehingga masyarakat Lampung baru bisa menatap para ulama yang bakal hadir itu pada akhir bulan Desember tahun ini.
Memang mereka kecewa karena penundaan itu, khususnya Bupati Lampung Tengah Loekman Djoyosoemarto yang mengakhiri masa jabatannya tahun 2021 lalu. Sehingga yang bisa menjamu para ulama itu adalah bupati penggantinya, Musa Ahmad.
Muktamar telah membangkitkan gairah Nahdliyin Lampung. Beras, kopi, sayur mayur mengalir ke pondok pesantren Darussadah, Lampung Tengah. Untuk pertama kalinya daerah itu akan dikunjungi ratusan ulama, dan juga Presiden Joko Widodo dan KH Ma’ruf Amin sebagai wakil presiden dan mustasyar syuriah PBNU. Karena itu Pemda (termasuk Pemda Propinsi) membanting tulang untuk mewujudkan bebagai fasilitas terkait muktamar.
Memang Muktamar semakin menguatkan dan mengokohkan NU baik di daerah tempat diselenggarakan muktamar dan lainnya. Muktamar secara tidak langsung bisa memberi pemahaman baru tentang NU, terutama bagi mereka yang kurang menyukai dan kurang faham tentang NU. Bahwa NU adalah sosok Islam Indonesia yang kukuh kokoh sejak abad 13, sejak agama Islam masuk bumi Nusantara.
Sejak muktamar kembali ke pesantren tahun 1984 (selain Muktamar Donohudan Solo 2004 dan Asrama Haji Makassar 2010), masyarakat menyambutnya dengan antusias. Pesantren adalah wilayah tanpa sekat yang siapa saja boleh masuk sehingga muktamar di pesantren seperti mengembalikan NU pada kodratnya.
Ulasan
Belum ada ulasan.