Risalah NU Edisi 77: Menembus Tembok Beton Dakwah Perkotaan

Rp25,000.00

Di kota-kota besar di Indonesia telah terjadi ‘perang’ aliran yang hanya bisa dimenangkan oleh mereka yang mahir memanfaatkan peluang.

Deskripsi

Di kota-kota besar di Indonesia telah terjadi ‘perang’ aliran yang hanya bisa dimenangkan oleh mereka yang mahir memanfaatkan peluang. Di sini muncul semacam istilah: Silahkan berperang dan menyebarkan aliran asal jangan menimbulkan keributan.

Memang, pertanyaan itu tidak bisa dijawab sederhana karena Jakarta misalnya, adalah tempat berkumpulnya berbagai macam manusia dan juga pemikiran. Masjid menjadi tergantung kepada siapa yang memimpin dan siapa yang mengelola.

Tumbuhnya beberapa tempat kerja yang menjadikan bagian kantornya sebagai masjid, atau mal-mal yang sudah menyediakan masjid, menjadi ajang pertarungan penguasaan. Ada yang tertarik pada model Nahdliyin dan ada yang tertarik pada model Salafi dengan melabelkan diri sunnah. Pemenangnya adalah mereka yang lebih rajin dan ngotot untuk bisa berkuasa.

Belum lagi peperangan di layar kaca yang kita tidak bisa berbuat apa-apa. Barangkali masih segar dalam ingatan kita ketika sebuah televisi swasta menampilkan seorang dai muda yang dengan pongahnya menyebutkan bahwa berziarah kubur itu musyrik dan haram. Atau masih ingat juga ketika seorang dai muda yang begitu enteng menyebut bahwa Wali Songo itu tidak ada dan hanya mitos.

Ada lagi yang dengan mudahnya menyebut bahwa Imam Ghazali yang kitabnya dijadikan rujukan mayoritas umat Islam dunia dianggap tak mengerti hadis. Belum lagi dai muda yang lain menyebut tradisi maulid, tahlilan 3, 7 dan 40 hari itu tak punya dasar agama, dan masih banyak lagi.

Pertempuran dai-dai nahdliyin dan strategi menembus tembok beton dakwah perkotaan kami kupas dalam laporan utama edisi 77, bulan November 2017, dengan nara sumber yang kompeten dan mumpuni.

Selain itu kami juga mengupas Perayaan Hari Santri Nasional yang makin marak tahun ini, mulai dari perayaan di daerah-daerah, Pembacaan shalawat nariyah 1 Milyar, hingga puncak Hari Santri Nasional di tugu Proklamasi pada 22 Oktober 2017 lalu.

Untuk rubrik-rubrik lain yang mengisi Majalah edisi 77, kami turunkan rubrik-rubrik menarik sebagai berikut:

1.Humor Gus Dur dengan judul “Gus Dur Puasa Suro” dan “Tanda Salib di Sirip Ikan”

2.Nasional dengan judul “NU Dorong Pemerintah Galakkan Pembangunan Inklusif”, “NU Sambut UU Ormas”.

3.Taqarrub: Bekasi dan Resolusi Jihad

4.Khutbah Jum’at: Misi dan Tanggung Jawab Para Nabi dan Rasul

5.NUSiana: NU dan Keturunan Nabi

6.Kajian Tafsir: Merenungi Keresahan Nabi Zakaria AS.

7.Tarikh: Rahasia Kehidupan Para Kiai

8.Tausiyah: Anak Panah di Hari Ketiga

9.Internasional: Fethullah Ghulen dan Kiprahnya

10. Pustaka: Bung, Memoar Tentang Mahbub Djunaidi

11. Tibbun Nabawi: Duduk Antara Dua Sujud yang Berguna

12. Debat Khilafiyah: Jagong Pribumi dan Bukan Pribumi

Informasi Tambahan

Berat 1 kg

Ulasan

Belum ada ulasan.

Jadilah yang pertama memberikan ulasan “Risalah NU Edisi 77: Menembus Tembok Beton Dakwah Perkotaan”

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *