Majalah Risalah NU Edisi 82 – Ada NU dan Muhammadiyah di Indonesia

Rp25,000.00

Dalam Risalah NU edisi 82 laporan utamnya mengangkat tema tentang ormas terbesar di Indonesia yakni NU dan Muhamadiyah. Mengapa tema ini kami angkat, karena kedua ormas terbesar ini kemarin telah bertemu di kantor PBNU dan kedua belah pihak sepakat untuk bersama-sama membangun Indonesia yang lebih baik. Lalu bagaimana pertemuan dan kesepakatan itu tercapai?…baca dan beli edisi ini

Deskripsi

Dalam Risalah NU edisi 82 laporan utamnya mengangkat tema tentang ormas terbesar di Indonesia yakni NU dan Muhamadiyah. Mengapa tema ini kami angkat, karena kedua ormas terbesar ini kemarin telah bertemu di kantor PBNU dan kedua belah pihak sepakat untuk bersama-sama membangun Indonesia yang lebih baik. Lalu bagaimana pertemuan dan kesepakatan itu tercapai?…baca dan beli edisi ini

Dikisahkan, Kiai Hasyim sempat meminta muridnya di Tebuireng yang bernama Basyir untuk pulang membantu pamannya, Kiai Dahlan di awal berdirinya Muhammadiyah. Basyir adalah ayah KH Azhar Basyir, Ketua PP Muhammadiyah penganti KH AR Fachruddin tahun 1990. Masyarakat juga dicerdaskan dengan mengalirnya buku-buku kaya A. Hasan, Buya Hamka, dan lain sebagainya. Pada satu posisi juga muncul KH Siradjuddin Abbas (ulama asal Payakumbuh, Sumatera Barat) menulis buku ‘40 Masalah Agama’ dalam empat jilid untuk menjawab itu semua.

Mulai soal talqin di kuburan, tahlilan, tarawih, dan lain sebagainya. Bahkan media masing-masing juga menyajikan ‘perbedaan’ itu. Majalah Berita NU pernah menjawab serangan soal azimat yang dimuat majalah Adil, Surakarta serta menjawab soal tarekat untuk menjawab tulisan Hamka tahun 1940.

Meskipun Muhammadiyah lebih tua 14 tahun dibanding NU, namun ‘paham’ itu baru menyebar masuk di wilayah NU sejak tahun 1960-an. Selalu ada reaksi karena masuknya Muhammadiyah melalui pintu ‘faham’. Berbeda ketika Muhammadiyah masuk melalui pendidikan, maka warga Nahdliyin menerimanya dengan dua tangan terbuka. Bukankah sekolah dan universitas Muhammadiyah maju pesat di wilayah Nahdliyin?

Orang sudah lupa dengan perbedaan itu. Namun kemudian datang lagi penyerang baru dari Timur Tengah sejak tahun 2000. Mereka lebih kejam karena menuduh amaliyah Nahdliyin sesat, bid’ah dan bahkan dimusyrikkan dan telah mengimbas jauh. Mereka menyebutnya Wahabi atau Salafi. Maka, ketika kemudian NU dan Muhammadiyah duduk semeja, makan bersama, memberi makna besar bagi bangsa ini. Seolah meneguhkan kembali pernyataan Kapolri Tirto Karnavian, dua ormas penyanggah NKRI yang telah ditorehkan melalui perjalanan sejarah. Pernyataan bersama dua organisasi itu memiliki makna penting dan kuat, harus didengar sebagai suara umat mayoritas Indonesia.

Untung ada NU dan Muhammadiah di negeri ini.

Selain membahas masalah NU dan Muhamadiyah, dalam rubrik lain juga kami menyajikan masalah yang tidak kalah menariknya, seperti laporan khusus membahas tentang perekonomian NU “goesto pesantren”, rubrik tasawuf, taqorub dan masih banyak kajian dan tulisan menarik lainnya yang wajib dibaca dan di beli!

Kontak Pemesanan
Sdr. Aan di : 0856 4833 3577 (Telp/WA).

Pembayaran
Majalah NU
Bank BRI
No Rekening: 0335-01-001234-300

Ulasan

Belum ada ulasan.

Jadilah yang pertama memberikan ulasan “Majalah Risalah NU Edisi 82 – Ada NU dan Muhammadiyah di Indonesia”

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *