Deskripsi
PARA ULAMA JIMAT NU
Edisi 42 ini membahas soal jimat NU yakni para ulama, entah bagaimana kalau sampai sekarang tidak ada ulama dan kiai khos di lingkungan NU. Meskipun NU tak bisa lepas dari ulama. Namanya saja Nahdlatul Ulama yang bermakna gerakan ulama. Nama itu memaknai semua gerakan NU adalah atas pertimbangan ulama dengan landasan syariah. Karena itu, NU tak bisa lepas dari peran penting dan pemberi motivasi utamanya seorang ulama besar, Syaikhona KH Cholil Bangkalan. Ia adalah mahaguru semua ulama NU. Sejak KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, KH As’ad Syamsul Arifin, dan sejumlah nama ulama penting Pulau Jawa, Madura, dan lainnya. Restu Kiai Cholil menjadi pendorong utama berdirinya NU.
Kemudian, KH Hasyim Asy’ari meminta KH Wahab Hasbullah dengan didampingi KH Masjkur untuk meminta restu kepada dua ulama besar di Pasuruan dan Jember, yaitu KH Yasin bin Rois dari Pasuruan dan KH Siddiq bin Abdullah di Jember. Dengan restu dua ulama besar yang juga dikenal sebagai wali ini, KH Wahab Hasbullah semakin percaya diri untuk memproklamirkan idenya melahirkan Nahdlatul Ulama. Tak hanya itu, KH As’ad Syamsul Arifin juga menjadi mediator antara KH Hasyim Asy’ari dengan sejumlah ulama Madura sehingga memudahkan kelahiran NU yang langsung disambut baik di masyarakat yang masih mempertahankan tradisi keislaman Nusantara.
Oleh karena itu, menyajikan sejarah ulama dengan lengkap dan detail, insya Allah akan memberikan informasi yang dapat membantu kembali menemukan jati diri Islam ala Indonesia, bukan ala barat, bukan ala timur tengah atau lainnya. Karena Islam ala Indonesialah yang cocok untuk umat Islam Indonesia.
Di rubrik lain terdapat kajian tafsir dengan gaya penulisan yang menarik, Tausiyah, Psikologi Islam yang membahas psikologi terorisme, Khutbah Idul Fitri dari DR KH Zakky Mubarok, Mutholaah Kitab, Alam Islami dan tulisan-tulisan lain yang tidak kalah menarik dan bermanfaat.
Akhirnya, kami menekankan perlunya mendapatkan informasi dari media-media yang diterbitkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ataupun pengurus di tingkat bawahnya. Bagaimanapun juga media NU lah yang paling tepat untuk warga Nahdliyin. Informasi yang diberikan tidak perlu difilter lagi, tidak berisi informasi sampah yang asal menarik dan menguntungkan pihak media. Semoga kita tetap dilindungi Allah dan tetap berpegang pada jati diri kita, dengan bimbingan para ulama untuk mewujudkan Islam rahmatan lil alamin.
Ulasan
Belum ada ulasan.