Risalah NU Edisi 52

Rp15,000.00

Description

MENCARI ULAMA PANUTAN

Risalah NU edisi 52 tahun 2015 menupas tentang mencari ulama panutan. Mengapa Redaksi mengambil judul itu, lantaran sekarang betapa sulitnya mencari ulama atau pemimpin umat yang menjadi panutan bagi seluruh umat. Walaupun ada tapi justru yang muncul adaalah sosok pemimpin yang di ragukankepemimpinannya. Lalu, bagaimana dan apa kreteria ulama panutan versi Risalah NU, baca?.

Jika pada Muktamar NU ke 33 di Jombang sekitar bulan Agustus 2015 lalu, memutuskan perlunya dibentuk Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA) yang khusus bertugas memilih Rais Am atau rais untuk wilayah, cabang, hingga ranting, maka bisa dipastikan akan memberi wajah baru bagi NU. Kenapa? Setidaknya, ada bermunculan ratusan ulama di seluruh Indonesia yang akan mengisi kursi itu, yang sangat mungkin ulamaulama wajah baru yang selama ini tidak pernah tampil di permukaan.

Ulama yang akan masuk wilayah itu bukan ulama biasa, tentunya. Ulama yang masuk dalam jajaran AHWA adalah ulama yang tidak hanya kuat dan sangat menguasai ilmunya, tapi juga mengamalkan ilmunya yang memancar dalam sikap dan akhlak kesehariannya. Dan tentu, tak mensyaratkan harus memiliki pesantren besar.Para ulama inilah nantinya yang akan menjaring dan memilih siapa yang layak menjadi rais am atau rais di derah.

Meminjam istilah Ketua Umum Tanfidziyah PBNU Prof Dr Said Aqil Siradj, MA, tidak layak kursi rais am atau rais harus disamakan dengan pimpinan partai yang harus diperebutkan. Banyak ulama yang miris melihat kondisi jabatan rais am harus diperebutkan melalui pemlihan suara langsung. Setelah Muktamar NU ke 32 di Makassar lima tahun yang lalu, para ulama tak ingin melihat lagi para ulama besar dipertarungkan. NU ingin melihat pucuk pimpinan tertingginya justru dipilih oleh ulama-ulama besar yang selama ini hidupnya dikenal lurus, zuhud, qana’ah, tawadlu’, istiqamah, mengayomi dan mengajar umat untuk memilihnya.

Tentu, ulama pilihan itu tak mungkin memilih ulama yang tak berkualitas untuk jabatan tertinggi dalam khirarki NU ini. Selama ini NU memiliki sistem istikharah dalam memilih tokohnya. Para ulama itu akan mencari tokoh yang tepat dalam membawa NU ke arah angin mana yang paling menyejukkan sesuai syarat itu. Ulama adalah tokoh yang selama ini tak diragukan komitmennya untuk NU dan bangsa. Siapakah gerangan mereka? Allahu a’lam.

Tentu, Seabad NU harus menjadi momentum refleksi kita sejauh mana kita kita mampu meneruskan cita-cita para pendiri NU. Sebab, NU adalah amanat besar yang di dalamnya terdapat jutaan umat yang perlu wadah pelestarian akidah serta faham yang ada. NU sendiri memang akan berusia 100 tahun, tapi, amaliah dan tradisi NU sudah ada sejak Nabi Muhammad SAW yang kemudian disebarkan di Nusantara melalui Wali Sanga pada abad 13 Masehi. NU hanya berjuang untuk melestarikannya dan melindunginya dari serangan-serangan faham lain.

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “Risalah NU Edisi 52”

Your email address will not be published. Required fields are marked *