Risalah NU Edisi 56

Rp15,000.00

Deskripsi

DUET BARU MEMIMPIN NU

Majalah risalah edisi 56 tahun 2015 dalam laporan utamanya membahas masalah hasil muktamar Jombang dan terpilihnya pengurus baru PBNU priode 2015-2020. Bagaimana proses rekruetmen dan sistem AHWA berjalan tentu penting untuk disimak di sini. Selain karena kali pertama kepengurusan memakai sistim AHWA pasca NU menjadi partai politik. Belum juga hiruk pikuk muktamar NU, penting untuk dibaca sebagai pelajaran berharga?….

Melalui sebuah proses yang sedikit berliku akhirnya terpilih duet Rais Am Syuriah PBNU Dr. KH Ma’ruf Amin dan Ketua Umum Tanfiziyah PBNU Prof. Dr. K.H. Said Aqil Sirodj melalui Muktamar ke-33 di Ibukota NU, Jombang pada awal Agustus 2015 lalu. Keterpilihan dua tokoh ini disambut warga NU dengan luapan kegembiraan dan ucapan syukur alhamdulillah.

Bagaimana pun juga, dua nama ini adalah nama sangat favorit di lingkungan NU dan di luar NU. Siapa tak kenal KH Ma’ruf Amin yang selama 20 tahun lebih semacam dikaryakan di Majelis Ulama Indonesia (MUI). Jabatan pertama KH Ma’ruf di MUI adalah Ketua Komisi Fatwa MUI menggantikan Prof. KH Ibrahim Hosen, LML, ulama NU mantan Konsul NU Bengkulu. Kiai Ma’ruf adalah ulama otodidak yang banyak belajar sendiri dengan pengantar di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang yang didirikan pendiri NU Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari. Ia pernah berkarir di politik dan bahkan ikut mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tahun 1998. Ia masuk jajaran PBNU sejak Muktamar NU ke 25 di Yogyakarta tahun 1979 dengan jabatan pertama sebagai Katib Am.

Kiai Ma’ruf ditetapkan sebagai Rais Am NU setelah Rais Am yang dipilih Ahlul Halli wal Aqdi kala itu, KH Mustofa Bisri, mengundurkan diri, sehingga Kiai Ma’ruf yag semula ditunjuk sebagai wakil Rais Am langsung menduduki jabatan tertinggi di NU itu. Kiai Ma’ruf justru lebih dikenal di luar lingkungan NU dengan kiprahnya yang full di MUI. Kiai Ma’ruf memiliki andil besar dalam pengislaman perekonomian Indonesia melalui Dewan Syariah Nasional dan pendirian bank-bank syariah yang kemudian bertebaran. Ia juga memiliki andil kuat dalam pelabelan halal makanan Indonesia. Nama Kiai Ma’ruf termasuk nama yang disegani di dalam dan di luar NU.

Masuknya Kiai Ma’ruf sebagai Rais Am dan disusul kemudian sebagai Ketua Umum MUI mengingatkan kembali pada KH Sahal Mahfudz yang menggandeng dua jabatan itu seolah-olah menjadi jabatan eks officio. Sebab, Kiai Sahal Mahfudz bertahan hingga pada jabatan ketiga di MUI yang secara kebetulan ia masih menjabat sebagai Rais Am PBNU. Dalam jabatan di MUI, Kiai Ma’ruf menempati tokoh NU yang lain seperti KHM Syukri Gozali, KH Ali Yafie dan Kiai Sahal Hahfudz.

Bagi mereka, bentuk majalah masih sangat dibutuhkan terutama dengan format yang memudahkan penyimpanan. Meskipun mereka membaca media on-line, namun, mereka masih menginginkan edisi cetak sebagai media resmi. Karena itu kami akan terus hadir ‘menghibur’ warga Nahdliyin dengan informasi yang menjadi kebutuhan kalangan Nahdliyin.

Ulasan

Belum ada ulasan.

Jadilah yang pertama memberikan ulasan “Risalah NU Edisi 56”

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *