Risalah NU Edisi 79

Rp15,000.00

Deskripsi

PALESTINA DARI KITA (Hubungan Emosional Palestina dengan NU)

Dalam edisi nomor 79 ini, kami menyajikan persoalan Palestina dan menjadikan Palestina sebagai persoalan bersama. Sebab, sejak tahun 1938, NU sudah memprakarsai pembelaan terhadap Palestina ketika perlawanan negara Arab itu dimulai tahun 1936 melawan Israel. Dengan mengumpulkan dana dan doa melalui qunut nazilah, NU mengajak semua ormas untuk melakukan itu semua. Tahun 1939 Majelis Islami A’la Indonesia (MIAI) mengambil alih peran itu meskipun NU tetap sebagai pelopor utama gerakan itu. Maka, setelah 100 tahun pengambilalihan Palestina oleh Israel atau hampir 80 tahun NU melakukan aksi nyata itu, kembali NU kini mempelopori gerakan yang sama ketika Palestina semakin terdesak dan tak berdaya.

Meskipun tidak lengkap. Misalnya, tentang peran KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang memiliki ijtihad sendiri dalam menerobos kebekuan diplomasi Palestina-Israel meskipun ia dikecam keras. Apa yang dilakukan Gus Dur dalam penyelesaian Palestina patut diacungi jempol. Berbarengan dengan haul kedelapan Gus Dur -yang juga kami muat di sini sebagai peringatan dan kenangan bahwa, kita pernah memiliki seorang pemikir dan humanis bernama Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Sayang seruan kepada sejumah ormas Islam itu tak mendapat tanggapan sampai batas waktunya, Syawwal 1357 atau Desember 1938 kecuali dari Sarekat Islam. NU menganjurkan kepada semua cabang dan jaringan NU seluruh Indonesia untuk mengumpulkan bantuan. Sebelumnya, KHA Wahab Habullah di Menes, Banten, pada 15 Juni 1938, mengemukakan kekecewaan tak adanya respon dukungan Palestina. Dalam sebulan terkumpul F30 (30 Gulden). Bandingkan, harga kamera merek Kodak waktu itu seharga F36,15.

Setahun kemudian, usulan itu disampaikan kepada Kongres Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang kemudian memutuskan seruan kepada semua ormas anggotanya melakukan pengumpulan dana untuk Palestina. Berita NU nomor 24 tanggal 2 Ramadan 1358 atau 15 Oktober 1939 memberitakan keputusan MIAI itu digaungkan dilingkungan NU. Diberitakan hambatan aparat Kolonial Belanda. Dari 68 cabang NU terkumpul dana F1256,49. Bandingkan, harga sebuah buku waktu itu F0,10 atau 10 sen Gulden.

Pada era informasi yang sangat terbatas itu, NU sudah mengambil inisiatif dukungan dan pemihakan kepada Palestina. Tentu, tak mungkin mengirim tentara ke negara yang memiliki perbedaan waktu lima jam itu. Tapi, sesuatu yang sangat mungkin dilakukan umat ini adalah berdoa serta mengumpulkan bantuan. Keberpihakan lain NU adalah dengan menebar opini dalam dakwah ulama-ulama NU. Disadari bahwa isu Palestina bukan isu agama, tapi isu kemanusiaan. Adanya kelaliman tanpa batas yang harus dilawan oleh akal sehat manusia.

Kini, 80 tahun berjalan, ketika Palestina menjerit keras kembali karena keputusan sepihak Presiden AS Donald Trump yang memindahkan kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem, NU ‘memimpin’ gerakan itu kembali. NU harus di depan: tangan terkepal maju ke muka.

Selain itu, tentu tim redaksi menyajikan rubrik yang tidak kalah menariknya seperti pengajian tasaawur, taqorub, nusiana, annisa, dan lain sebagainya.

Ulasan

Belum ada ulasan.

Jadilah yang pertama memberikan ulasan “Risalah NU Edisi 79”

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *