oleh: lek Basyid Tralala
Sabar agawe subur. Adalah nasihat Jawa yang banyak diadopsi dan adaptasi orang tua dalam menanamkan kesabaran kepada anak-anaknya. Kesabaran sangat diperlukan manakala anak – anak kita sedang menuntut ilmu. Karena dengan prilaku kesabaran, mendidik anak – anak kita untuk bersikap tabah dan iklas terhadap sesuatu yang dihadapinya. Sehingga mereka tidak mudah berputus asa.
Sabar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ) sabar adalah (1) tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); ( 2) tenang; tidak tergesa-gesa; tidak terburu nafsu. Sedangkan kesabaran adalah ketenangan hati dalam menghadapi cobaan; sifat tenang (sabar).
Kesabaran juga menjadi imun bagi setiap siswa. Kesabaran mendidik siswa lebih cermat memahami persoalan kehidupan. Ujian kesempitan atau kelonggaran pasti akan dialaminya di saat menuntut ilmu, tinggal bagaimana anak – anak menyikapinya. Bila disikapi dengan lapang dada, inya Allah pelajar atau mahasiswa akan menemukan hikmahnya. Namun jika disikapi sebaliknya, hingga muncul pikiran negatif terhadap Allah SWT maka yang diproleh hanyalah adalah kehinaan dan kecelakaan yang sesungguhnya.
Oleh orang – orang hebat kesabaran dijadikan alat ukur sejauhmana ketebalan iman yang dimilikinya. Cerita-cerita hikmah dijadikan sarana untuk motivasi dalam rangka membangun pribadi yang bersabar dan amanah. Sedangkan, menyalahkan orang lain, bukan satu solusi yang bijaksana sebagaiman yang sering dipertontonkan oleh mereka yang merasa dirinya tokoh masyarakat.
Sabar merupakan benteng untuk melindungi diri dari serangan musuh yang senantiasa mengganggu dan mengancam stabilitas hidupnya. Dengan perisai yang tebal dan kokoh musuhpun akan kesulitan untuk menancapkan sifat negatifnya. Musuh utama kesabaran pada diri anak / pelajar adalah dirinya sendiri. Jika si anak mampu menepis budaya copy paste dan menyontek di saat ulangan merupakan satu bukti anak / pelajar memiliki benteng yang luar biasa.
Kategori Kesabaran
Menurut para ulama, sikap sabar itu dapat dikategorikan dalam tujuh hal dan di dalamnya
terkandung hikmah yang luar biasa. Pertama sabar dalam ibadah. Implementasi sabar dalam ibadah adalah tekun mengabdikan diri dan melaksanakan syarat – syarat dan tata tertib beribadah. Siapa yang tetap tegak dan bertahan dalam beribadah, dialah yang akan memenangkan pertarungan dalam hidupnya. Kedua sabar diberbagai musibah. Contoh kesabaran yang berupa musibah bagi siswa, seperti remidi, nilai tidak tuntas, kesulitan mengerjakan PR, terlambat membayar SPP, kecelakaan, patah hati dan lain – lain. Bila musibah ditanggapi dengan kesabaran, akan menjadi spirit sekaligus mendekatkan diri dengan yang Maha Kuasa. Tapi sebaliknya, jika musibah ditanggapi dengan kesedihan justru akan mepersulit dirinya sendiri dalam mengambil keputusan langkah berikutnya.
Ketiga sabar terhadap kehidupan dunia. Dunia itu fatamorgana. Banyak siswa yang terjebak rutinitas yang tak bernilai bagi kehidupan selanjutnya. Mereka terus asyik dengan dengan kegiatan duniawinya dari waktu ke waktu. Mereka memilih dugem dari pada belajar atau sholat tahajut, mereka lebih suka pesta miras atau narkoba dari pada mengerjakan tugas berorganisasi seperti IPNU IPPNU, Remaja Masjid atau karang taruna. Namun aneh di era milineal ini berprilaku negatif tersebut menjadi kebanggaan hal ini ditandai dengan banyaknya unggahan foto ( mohon maaf ) yang seronok.
Prestasi kehidupan adalah sebuah kebangaan dalam menjalani hidup ini. Berbagai ukuran kesuksesan hidup salah satunya dibuktikan dengan berkemampuan membeli atau mengoleksi barang – barang mewah seperti mobil, perhiasan, rumah dan lain sebagainya. Akibatnya banyak berbagai maneuver dilakukan guna mengejar prestasi tersebut. Inilah yang akhirnya memunculkan budaya pat guli pat atau korupsi di berbagai sektor kehidupan.
Sedangkan kemiskinan atau kegagalan dalam mengumpulkan harta benda dianggap aib yang harus ditutup rapat agar tidak menjadi bahan cemoohan warga atau keluarga besar. Pemikiran tersebut menunjukan betapa rendahnya kualitas memahami arti kesabaran.
Keempat sabar terhadap maksiat. Sebagian besar manusia memiliki kecendrungan untuk berbuat maksiat begitu pula dengan siswa. Dorongan tersebut laksana api dalam sekam sehingga perlu kendalikan agar manusia tidak terjerumus berkepanjangan. Sabar terhadap kemaksiatan bukanlah mengenai dirinya sendiri ( personality ), tetapi juga untuk orang lain dan lingkungan. Jangan sampai lingkungan belajar yang sudah mapan ternodai karena ketidakmampuannya dalam mengendalikan kemaksiatan itu sendiri. Contoh prilaku ketidaksabaran yang tidak sering