Pers Perjuangan

0

Humor tentang akuntansi atau soal keuangan bisa kita temukan dalam urusan lajur kanan dan lajur kiri tabulasi neraca keuangan. Dan untuk kredit soal keuangan biasa bagaimana agar tidak pendapatan tidak keluar melulu (alias metu-jawa) tapi diusahakan bisa ada yang masuk (mlebu-jawa) ke kolom debit. 

“Pegawean kok metu, mlebune kapan ?” Begitu uang masuk, uang yang masuk sedikit dan pengeluaran juga tetap boros (besar). Klo sudah, nggolete angel, metune keponakan banget , cari lagi juga susah. tu yang bikin kita jebol. “Anak hartawan kok jadi wartawan? Dunia pers sekarang itu ibarat , “wa’la yalayamutu wala yahya, sudah tidak bermutu menghabiskan biaya. Jadi tidak sekedar hidup apa adanya.

Padahal pers itu berjuang dengan jadi soal biaya dan penuh resiko itu terpikul .Harus berjuang, karena kita adalah Pers Perjuangan.

Wartawan bekerja hampir 24 jam, wajarlah jika wartawan bekerja seperti malaikat. Menyiapkan tulisan bermutu untuk memuaskan dan memenuhi keingintahuan khalayak.

Beban dan tugas tanggung jawab wartawan menjadi pekerja profesional dan ruang pilihan untuk berjuang adalah dengan integritas. Tidak bisa wartawan maju tak gentar membela yang bayar. Lelah dan capek, diganjar dengan ruang istirahat.

Lelah bekerja sebagai maisah hana Kifayahtun dongka…penggugur kewajiban dan doa, untuk tidak sekedar numpang keren dan hidup ini penuh keindahan. Allohu Jalal Mato’Al Kamal ….Alloh itu sungguh Maha Indah dan menyukai segala keindahan..

Ya,.. populiritas dan sensasi itu salah satu tren keren media, tapi wartawan juga harus tetap bekerja pada etik dan standar kerja yang jelas. Ini ruang pilihan. Jadi jangan pernah terlibat dalam sebuah konflik Interes dari berbagai gosip dan isu. Tetaplah istiqomah dijalannya dan profesional sehingga hasil kerja yang bagus dan sempurna akan sebanding jua dengan hasil kerja.

Baca Juga :  Jas Hijau, Jas Merah

Tidak ada yang sia-sia dalam hidup dan bekerja. Bukankah hasil tidak pernah menghianati ikhtiar. Sungguh beruntung orang yang bangga dengan mencintai secara singguh-sungguh dalam bekerja. Cerita antar kawan dan teman lama bisa jadi modal untuk menjadi kannya sumber inspirasi dan mulai lagi berjuang.

Ada tiga shift untuk Media dan perusahaan berjaga. Dari jam 7 pagi-3 sore. Shift kedua, jam 15.00 -22.00 dan shift terakhir dari jam 22.00-07.00.

Media juga bekerja sebagaimana 24 jamnya Kantor polisi, rumah sakit, pemadam kebakaran dan pompa bensin.

Maaf kalau pidato jangan berapi-berapi , sampingnya ada pompa bensin. Takutnya kalau keluar montong-montong seperti habis makan durian montong pula, nanti keluar berapi-api, padahal sampingnya bisa menyulut api dekat pompa bensin dan menyebabkan kebakaran.

Sewaktu jadi wartawan, kita terbiasa bekerja dari jam 08.00-17.00 entah jaman sekarang. Membagi ruang kerja dan ruang pilihan berjuang itu menjadi kewajiban pokok agar denyut dan nafas kehidupan ini berjalan normal.

Menjadi wartawan dan media tidak bisa hidup dan terbit berkala serta tidak menentu, tentu nantinya bisa terbit, adakslanya tidak terbit. Dan jangan jadi tidak menentu, sebab hasilnya jadi tidak menentu.

Pilihlah zona nyaman, yakni terpenuhinya ketengan dalam bekerja, ulet dan tekun dan pokok utamanya dengan kejujuran dan terus menyampaikan suara dan potret khalayak (ummat) . Ini lah penyambung lidah dan kepentingan untuk diperjuangkan agar harkat dan asa menjadikan hidup lebih baik tetap harmoni di tengah berbagai ujian dan musibah yang melanda di seluruh dunia.

Perjuangan tidak harus dengan syarat wal amwal dan walanfus, tidak bisa dengan uang dengan harta, dengan tenaga, fikiran (pemikiran) bahkan nyawa yang ada di badan ini sebagai taruhan.

Baca Juga :  Ekonomi Gus Dur

Hidup memang penuh ruang pilihan. Agar media baik pun demikian, semua diperjuangkan dengan serius dan berharap ada perubahan yang mampu meningkatkan pendapatan dan ujungnya terpenuhinya kebutuhan hidup , dapur keluarga tetap ngebul , ujungnya adalah mencapai kesejahteraan bersama. Amin.

Akhirnya di saat sepanjang Agustus 2024 ini, saat kemerdekaan RI ke 79 Tahun, bangsa besar ini telah dibantu oleh para pejuang Pers Indonesia dari jaman pra kemerdekaan, masa kemerdekaan hingga paska kemerdekaan, orde baru, masa reformasi hingga era nawacita dan menuju Indonesia Emas 2024, tiada yang terindah, selain harus diakui hari -hari masa Pers perjuangan itu jauh dikompradori para pejuang Pers macam RM Mas Tirto Adisuryo, HM Misbach, bahkan di Nahdhliyin, KH Saifudin Zuhri (Sokaraja, Banyumas, H Mabub Junaedi, H Abdullah Syarwani dan mungkin ribuan warga dan pengurus NU diberbagai pelosok Indonesia mereka ada yang besar dan tumbuh berangkat dari dunia wartawan. H Hamzah Haz yang wafat pada hari Rabu (23/7-2024 juga seorang wartawan “Bebas” dan pejuang.

Dengan segala alat perjuangan yang ada dunia wartawan , menjadikan masa lalu untuk berjuang dengan pena , darah dan air mata. Pun demikian di masa sekarang dan masa mendatang Pers akankah terus menjadi perjuangan atas Kebenaran dan membina komunitas kebangsaan untuk masa kini dan mendatang . Merdeka! Merdeka! ALlohu Akbar! Allohu Akbar! Allohu Akbar!!! (Aji Setiawan, ST, mantan Ketua PWI-Reformasi Korda Yogyakarta 1999-2022).

Leave A Reply

Your email address will not be published.