Ngaji Qonun Asasi NU Bareng Gus Yahya (6)

Ingatkan Pentingnya Persatuan Umat

 

RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Ngaji Qonun Asasi NU Bareng Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) episode keenam (6).

 

Ngaji Qonun Asasi bareng Gus Yahya disiarkan secara live melalui chanel YouTube TVNU, dari kediaman Gus Yahya di Jakarta.

 

Mengawali muqodimahnya, Gus Yahya melakukan tawasul (hadiah Fatihah) kepada para muasis NU, wabil khusus kepada Hadrotussyeikh KH Hasyim Asy’ari sang pendiri NU.

 

Gus Yahya kembali mengingatkan kepada para umat Islam khususnya kalangan Nahdliyyin untuk saling bersatu dan saling rukun antar satu dengan yang lain. Sebab jika umat terpecah belah maka umat yang tercecer akan mudah diterkam oleh Syaitan.

 

“Sungguh telah bersabda Kanjeng Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bahwa pertolongan Allah itu senantiasa beserta jamaah umat yang berkumpul bersatu. Maka ketika ada orang yang tercecer atau mencecerkan diri dari jamaah maka syaitan akan menerkamnya sebagaimana serigala menerkam kumpulan kambing-kambing,” tegas Gus Yahya.

 

Lebih lanjut Gus Yahya menjelaskan bahwa sesungguhnya Allah meridhoi bagi hambanya tiga perkara dan membenci tiga perkara pula bagi hambanya. Adapun tiga perkara yang diridhoi Allah berdasarkan yang diriwayatkan oleh Imam As Suyuthi dalam kitab Jamiul Hadis, yaitu Allah ridho jika hambanya menghamba kepada-Nya, Allah ridho jika hambanya berpegang teguh kepada tali Allah bersama-sama serta Allah ridho apabila hambanya saling menasehati dengan orang-orang yang oleh Allah diberi kekuasaan untuk mengurus urusan-urusan hamba-hambanya yang lain.

 

Sedangkan tiga perkara yang dibenci Allah, dijelaskan oleh Gus Yahya diantaranya adalah perbuatan menyekutukan Allah, berpecah belah serta tidak saling menasihati antar sesamanya dalam urusan apa pun.

 

“Apa sebetulnya makna dari nasihat ini jelas termasuk di dalamnya adalah makna mauidzah, ya saran himbauan yang baik tapi ada makna yang lebih luas dari hasil ini. Jadi nasihat kepada Allah itu yang menyerahkan sepenuhnya kepada Allah apa yang menjadi hak Allah adalah hak untuk di Esa kan, hak untuk disembah, hak untuk diagungkan, hak untuk dipuji, hak untuk disyukuri, hak untuk ditakwai dan seterusnya. Kita serahkan segala yang menjadi bagian hak dari Allah. Kepada Rasulullah juga begitu, apa yang menjadi hak Rasulullah itu hak untuk dicintai, hak untuk disholawati, hak untuk ditaati dan seterusnya,” terang Gus Yahya.

 

Begitupun dengan apa yang menjadi hak dari aimmatul muslimin, jika hak dari aimmatul muslimin berhak ditegur, maka menjadi kewajiban seorang hamba untuk menegur hamba yang lainnya.

 

“Aimmatul muslimin secara umum dalam semua tingkatannya dan dalam segala macam bidangnya ketika ada orang yang diserahi wewenang mengelola bidang itu, ya termasuk aimmatul muslimin,” sambungnya.

 

Di kesempatan tersebut, Gus Yahya turut berpesan agar tidak boleh seorang hamba menyepelekan hamba yang lainnya. Sebab apabila perbuatan tersebut dilakukan maka secara otomatis hamba tersebut sedang merusak kehormatannya sendiri

“Kenapa, karena orang yang disepelekan itu tidak bisa lupa pasti nyari kesempatan bales, pasti itu watak manusia,” ungkapnya.

 

Selain itu, Gus Yahya pun turut menegaskan agar jangan pernah menyepelekan umaro dan ulama, sebab jika perbuatan tersebut dilakukan, maka akan timbul bahaya yang menanti yakni rusaknya dunia dan agama.

 

“karena agama ini diketahui tuntunannya dari para ulama. Dan ulama sejati itu yang menjalankan fungsinya di tengah masyarakat secara sukarela karena menjalankan tanggung jawab keagamaannya saja,” jelasnya.

 

Dari itu Gus Yahya menghimbau untuk membangkitkan kembali semangat keulamaan dan semangat belajar agar para santri bersungguh-sungguh mengejar kapasitas yang excellent kapasitas yang betul-betul unggul di dalam penguasaan ilmu-ilmu.

 

“Karena di masa lalu itu para ulama kita dalam usia yang sangat muda sudah menjadi ahli yang excellent,” pungkasnya. (yud)

Leave A Reply

Your email address will not be published.