Dr. KH. Zakky Mubarak, MA
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. يَا أَيُهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: لَاتَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ يَفۡرَحُونَ بِمَآ أَتَواْ وَّيُحِبُّونَ أَن يُحۡمَدُواْ بِمَالَمۡ يَفۡعَلُواْ فَلَا تَحۡسَبَنَّهُم بِمَفَازَةٖ مِّنَٱ لۡعَذَابِۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ. قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَمَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَاكَانَ لَهُ أَجْرُهَا وَمِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَاكَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا لَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah
Rasulullah Muhammad s.a.w. menyampaikan pada sahabatnya berupa hadits Qudsi (HR. Bukhari, 3099). Allah s.w.t. memerintahkan kepada Adam a.s. agar memisahkan serombongan keturunannnya yang akan dicampakkan ke dalam neraka. Nabi Adam bertanya: Berapa banyak dari keturunanku yang dimasukkan ke dalam api neraka? Disebutkan bahwa dari seribu orang dimasukkan ke dalam neraka sebanyak sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang. Dengan demikian yang masuk syurga hanya satu orang.
Ketika disampaikan perintah itu kepada Adam a.s., menimbulkan kegoncangan yang sangat dahsyat. Sehingga wanita yang sedang hamil gugur kandungannya, anak-anak kecil tiba-tiba rambutnya beruban, banyak dijumpai manusia dalam keadaan mabuk padahal tidak mabuk, karena dahsyatnya informasi itu. Para sahabat Nabi yang hadir mendengarkan informasi itu merasa sangat takut dan gelisah, sehingga wajahnya menjadi pucat lesi.
Nabi kemudian menjelaskan bahwa yang sembilan ratus sembilan puluh sembilan itu adalah dari kalangan Ya’juj dan Ma’juj, yaitu sekelompok makhluk yang pekerjaannya membuat kerusakan di muka bumi. Sedangkan yang dari kalian hanya satu orang saja. Jumlah kalian (umat Nabi Muhammad) dibandingkan dengan jumlah manusia keseluruhan adalah seperti bulu yang berwarna putih pada lembu jantan yang berwarna hitam. Atau seperti bulu yang berwarna hitam, pada lembu jantan yang berwarna putih.
Selanjutnya Nabi s.a.w. menyampaikan informasi yang sangat menggembirakan. Sesungguhnya aku mengharapkan agar kalian (wahai umatku) menempati seperempat penghuni syurga. Mendengar informasi itu, semua sahabat menggemakan takbir. Selanjutnya beliau menyambung lagi: Kalian menempati separuh dari penghuni syurga. Maka suara takbir menggema kembali besahut-sahutan. Umat Nabi Muhammad yang memperoleh kebahagiaan syurga itu adalah orang-orang yang memiliki kriteria sebagaimana yang disebutkan al-Qur’an surat al-Anfal ayat 02. Mereka itu adalah: (1) mereka yang apabila disebutkan asma Allah, hatinya menjadi tergetar karena menyadari akan keagungan dan kasih sayang-Nya yang tidak terbatas kepada umat manusia. Dengan senantiasa mengingat Allah, maka seorang mukmin akan melakukan berbagai aktivitas yang terpuji dalam segala kehidupannya.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Kriteria yang ke (2) apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya atau mereka membacanya secara langsung, imannya semakin kokoh dan semakin bertambah. Ayat-ayat Allah terdiri dari dua bagian, yaitu ayat-ayat yang tertulis yang terdapat dalam kitab-kitab suci, dan ayat-ayat yang tidak tertulis yang berada di alam semesta dengan segala kejadian dan peristiwanya yang amat menakjubkan. Kriteria yang ke (3), mereka senantiasa bertakwakkal kepada Allah dengan tawakkal yang sesungguhnya, setelah berusaha secara maksimal.
Permasalahnnya sekarang adalah implementasi dari nilai-nilai sebagaimana dijelaskan di atas terkendala oleh beberapa penyakit yang menggerogoti umat manusia. Penyakit tersebut dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu penyakit jasmani yang menyerang fisik, dan penyakit rohani yang mengotori kalbu. Penyakit jasmani yang menyerang fisik seseorang selalu dirasakan pada setiap saat. Karena itu, ia terus berusaha untuk mengobatinya. Penyakit jasmani misalnya sakit ginjal, jantung, liver, dan sebagainya. Karena penyakit jasmani itu dirasakan secara langsung, sehingga penderitanya segera berobat supaya sembuh kembali.
Sebaliknya penyakit rohani yang mengotori kalbu manusia, tidak dirasakan sama sekali dan tidak disadari. Karena itu ia terus menggerogoti orang yang terkena penyakit tersebut. Penyakit rohani dapat menutup penderitanya dari cahaya petunjuk dan cahaya kebenaran. Dengan demikian, hati orang tersebut akan menjadi kotor dan berkarat. Sebaliknya bagi mereka yang dapat menghindari penyakit rohani, akan memiliki hati yang suci dan bersih dan mudah menerima petunjuk kebenaran. Dalam mengarungi kehidupan, kita jumpai sebagian orang yang sangat berhati-hati dalam bergaul, berbicara atau menyampaikan pandangannya, hemat dalam perkataan, dan bersikap bijak. Sebagian lain dari manusia ada yang banyak bicara, kurang pandai bergaul, menceritakan semua yang dilihat, menginformasikan segala sesuatu yang diterimanya, menjawab semua pertanyaan yang diajukan kepadanya, dan memiliki sikap sembrono.
Kaum Muslimin yang kami muliakan
Kelompok yang kedua termasuk manusia yang paling bodoh, karena ia meninggalkan keyakinan yang benar-benar ada pada dirinya. Sebaliknya ia memperturutkan persangkaan orang lain yang sesungguhnya tidak ada pada dirinya. Yang paling yakin kita ketahui adalah kekurangan dan dosa-dosa yang pernah dilakukan, termasuk kerendahan akhlak dan kerendahan imannya. Sedangkan persangkaan orang lain yang mengira kita sangat baik, sempurna, tidak ada kekurangan, hal itu terjadi karena kebodohannnya yang sama sekali tidak mengetahui hakikat diri kita. Padahal yang ada di balik tirai dan tertutup oleh fantasi, banyak sifat-sifat tercela yang tidak diketahui oleh orang lain lain.
Sebagian besar mereka mengingkari nikmat itu dan tidak mensyukurinya. Padahal, apabila seseorang senantiasa mensyukuri karunia Allah, maka Dia akan meridhainya dan memberinya nikmat lebih banyak lagi. Sebaliknya mereka yang mengingkari nikmat itu, maka azab-Nya sangat menyakitkan. Karena itu apabila kita tidak menyadari apa yang ada pada diri kita karena terbawa oleh pandangan orang lain, maka hal itu termasuk manusia yang paling bodoh. Orang yang senang dengan pujian orang lain, padahal tidak ada pada dirinya, seperti orang yang menyenangi cemoohan orang lain. Misalnya, ada seseorang yang mengatakan pada temannya: “Kotoranmu itu tidak berbau, atau keringatmu harum melebihi harumnya kesturi”, padahal ia sendiri merasa jijik terhadap kotorannya dan merasakan bau keringatnya yang tidak sedap. Ketahuilah bahwa sesungguhnya kotoran dosa dan kotoran jiwa itu lebih buruk baunya dari kotoran manusia itu sendiri.
Memperhatikan kenyataan ini, maka kita harus bersikap hati-hati terhadap pujian orang lain pada diri kita. Karena hal itu akan menjerumuskan kita pada kubangan kehinaan. Kita dipuji oleh orang lain yang sesuai dengan perbuatan kita saja pasti akan menimbulkan riya, apalagi pujian itu tidak ada pada diri kita. Sikap riya’ karena pujian itu akan meningkat pada sikap sombong, congkak, ujub, sum’ah, hasad, dan sebagainya. Semua itu merupakan penyakit rohani yang sering tidak disadari, padahal itu sangat berbahaya.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Penyakit rohani tersebut, merupakan bagian dari al-Syirik al-Khafi (syirik yang tersembunyi) yang sering tidak disadari. Kalau syirik yang terang-terangan atau al-Syiikal-Jali seperti menyembah patung, menyembah pohon, menyembang gunung, dan sebagainya sudah tidak terjadi lagi di kalangan umat Islam. Tapi al-Syirik al-Khafi banyak dilakukan, namun tidak disadari, di situlah letak bahayanya. Ada seorang tokoh masyarakat yang dipuji banyak orang, ia merasa sangat sedih dengan pujian itu, bahkah sering menangis menitikkan air mata. Ketika ditanya, mengapa ia menangis? Penerima pujian itu menjawab: Sesungguhnya ia tidak memuji diriku, tetapi menjerumuskanku pada kehinaan duniawi dan ukhrawi.
لَاتَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ يَفۡرَحُونَ بِمَآ أَتَواْ وَّيُحِبُّونَ أَن يُحۡمَدُواْ بِمَالَمۡ يَفۡعَلُواْ فَلَا تَحۡسَبَنَّهُم بِمَفَازَةٖ مِّنَٱ لۡعَذَابِۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ
Janganlah sekali-kali kamu menyangka, hahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih. (QS. Ali Imran, 03:188).
Umar bin Khattabr.a. ketika thawaf pada putaran terakhir menjumpai seorang Arab Badwi yang sedang berdoa sambil menitikkan air mata di multazam. Doa orang Badwi ini dirasakan sangat aneh oleh Umar bin Khattab. Ia berdoa; Allahumaj’alni minal qalil: Wahai Allah jadikanlah aku termasuk golongan orang yang sedikit. Dengan suara agak keras, Umar bertanya kepadanya: Apa maksud doamu? Ia menjawab: Engkau hafal mengenai hal itu, wahai Umar.
Umar bereaksi kepadanya: Berikan jawaban kepadaku sesingkat mungkin, jangan bertele-tele. Orang itu menjawab: Bukankah engkau selalu membaca kitab suci al-Qur’an, pada kalimat: Wa qalilan min ibadiyassyakur: Hanya sedikit saja hamba-Ku yang bersyukur (QS Saba’: 13). Umar kemudian melanjutkan aktivitas ibadahnya, sambil menyampaikan kepada teman dialognya seraya berkata: Memang setiap orang lebih mengerti dari Umar.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Dari dialog ini dapat diambil pelajaran bahwa ilmu itu dari siapapun datangnya harus kita terima, meskipun dari orang biasa. Karena itu jangan dilihat orangnya, tapi lihatlah perkataannya. Orang-orang yang bersyukur kepada Allah, memang sangat sedikit. Sebagian besar dari mereka, terjebak dalam penyakit rohani yang disebut kufur nikmat. Betapa banyaknya karunia dan nikmat Allah yang diberikan kepada manusia, sehingga tidak mungkin dapat dihitung, namun sebagian besar dari mereka tidak menyadarinya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلَهُ, أَرْسَلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. اَللّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلًا وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمْسُلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ اَللّهُمَّ أَصْلِحِ الرُعَاةَ وَالرَّعِيَّةَ وَاجْعَلْ إِنْدُوْنِيْسِيَّا وَدِيَارَ الْمُسْلِمِيْنَ آمِنَةً رَخِيَّةً رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فىِ السِّرِّ وَالْعَلَنِ وَجَانِبُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَلَذِكْ
رُ اللهِ أَكْبَرُ.