Risalah NU Edisi 58

Rp15,000.00

Description

NU AJAK HABIS BABAT TERORIS

Risalah NU edisi 58 laporan utamanya membahas masalah teroris. lagi-lagi teroris, iya karena teroris tidak akan pernah habis selama belum kiamat!…Untuk itulah NU selalu menjadi garda terdepan untuk mengajak dan melawan kepada seluruh elemen masyarakat untuk menumpas teroris sampai ke akar-akarnya.

Cerita teror di Jalan Thamrin (depan Toserba Sarinah) pada hari Kamis, 14 Januari 2016 lalu, menjadi fenomena yang sangat menarik. Bahkan melalui tayangan televisi langsung, bisa kita saksikan peristiwa itu yang menjadi tontonan orang layaknya pengambilan gambar adegan film. Tak ada orang ketakutan dan berhamburan lari, selain pertama mendengar suara dentuman bom. Orang seperti begitu menikmati sebuah tontonan yang sebenarnya mematikan menjadi mengasyikkan. Gerakan teroris diabadikan kamera dan seolah gerakan bintang film menunggu arahan sutradara. Begitu juga gerakan lincah polisi dan tentara dalam mematahkan serangan teroris yang mengasyikkan ditonton.

Warga Jakarta tak seperti warga Paris dan kota lainnya yang menutup kantor dan rumah mereka setelah peristiwa teror bom. Polisi juga begitu cepat melakukan rekonstruksi dan sore itu, jalan Thamrin dibuka kembali. Benar-benar seperti adegan film. Sekian orang meninggal namun tak menyisakan ketakutan dan kengerian. Bahkan muncul hastag di media sosial keberanian untuk melawan terorisme dan radikalisme. Kondisi ini tak disadari para teroris yang menginginkan Jakarta kelabu. Jakarta dan juga Indonesia- sudah berubah. Jakarta sudah terlalu kenyang dimakan kebrutalan dan kekejian.

Sejak zaman VOC dulu kekejian demi kekejian disaksikan Jakarta. Peristiwa Pecah Kulit abad 19. Peristiwa 1965, Malari 1971, Peristiswa 5 Juli 1996 di Jalan Diponegoro, terakhir dan tertragis adalah puncak lahirnya Revormasi dengan kerusuhan yang tak terjawab biang keladinya hingga kini. Jakarta adalah barometer Indonesia yang bisa memberi dampak pada cerminan negara ini di mata dunia. Rakyat sudah jengah dan marah terhadap ulah kekerasan yang mengatasnamakan agama dengan mencekoki anak-anak muda bergabung, baik ke Suriah maupun di negerinya sendiri.

Bom dan serangan di jalan Thamrin pertengahan Januari lalu sebenarnya bisa dikatakan lengahnya intelijen dan dukungan masyarakat. Hal ini tertuang dalam pernyataan PBNU terkait bom Thamrin. Peran masyarakat lerlu dihidupkan aplagi kita telah memilik sistem kependudukan baru yang bisa mengendus gerakan ini dari kantung-kantung awal.

Terorisme di tengah masyarakat kita tak akan jauh dari munculnya sikap intoleran, pandangan sempit dan fanatisme kelompok dan ajaran yang berlebihan dan kemudian diikuti sikap radikal. Karena itu pencegahan terorisme dengan mengajak serta masyarakat yang harus mencurigai pendatang yang asing serta keberanian melakukan tindakan. Melibatkan masyarakat dan tentu juga warga Nahdliyin akan lebih efektif dalam menangkal yang tentu saja harus diikuti kesigapan aparat dalam bertindak. Tentu keterlibatan aparat sangat diperlukan agar gerakan tidak menjadi liar yang kontra produktif.

Selain itu, tentu tim redaksi menyajikan kegiatan ke aswajaan dan kenuan yang menjadi ciri khas warga NU. Dalam rubrik psokologi Islam membahas tentang “Perilaku Jahat Perspektip Psikologi Islam dan pengajian Kiai Said membahas soal “Memperingati Maulid Nabi Sunnah Taqririyah, Bukan Bid’ah!…dan rubrik lainnya.

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “Risalah NU Edisi 58”

Your email address will not be published. Required fields are marked *