Deskripsi
“PESAN INDAH DARI SARANG”
Risalah NU edisi 71 tahun 2017 laporan utamnya berjudul “pesan indah dari Sarang” yakni catatan-catatan penting dari hasil silaturrahmi nasional ulama nusantara di Pondok Sarang. Kota Sarang, Rembang, Jawa Tengah, jika kita lihat dari peta Indonesia, ia tepat di tengah bawah peta Indonesia. Jika kemudian dibuat garis antara kota Sarang dengan kota-kota lainnya, maka kita saksikan semacam kipas besar yang indah. Sarang, Lasem, dan Rembang adalah jalur Wali Sanga. Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang jika akan ke Demak atau Kudus pasti melalui tiga kota itu. Begitu juga sebaliknya, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus yang hendak ke Surabaya atau Tuban akan melalui tiga kota pantai utara Pulau Jawa itu.
Tiga kota ini secara kebetulan pula dikenal sebagai kota santri. Kota yang sarat dengan pendatang mencari ilmu, yang secara otomatis adalah juga gudang ulama. Siapa tak kenal Lasem dengan tokoh utama bernama Sayid Abdurrahman (Basyaiban) alias Mbah Sambu. Rais Akbar NU KH Hasyim Asyari, KH Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, KH Ali Ma’shum, KH Ahmad Siddiq, KH Sahal Mahfud, dan KH Musthofa Bisri adalah ulama-ulama keturunan Mbah Sambu.
Dalam acara tertutup, hanya dua ulama Syuriah yang bisa masuk, yaitu Rais Am KH Ma’ruf Amin dan Wakil Rais Am KH Miftachul Akhyar. Ratusan ulama dan warga Nahdliyin lainnya cukup menunggu di luar dan menunggu acara terbuka yang dimulai selepas Lohor. Tak ada suara bocor dari sidang tertutup itu. Acara terbuka dimulai dari sambutan Ketua umum PBNU Prof. Dr. Said Aqil Siradj sambil melaporkan kegiatan PBNU, yang dilanjutkan sambutan Rais Am. Kemdian sahibul bait KH Maimoen Zuber, KH Tholchah Hasan dan diakhiri KH Mustofa Bisri alias Gus Mus yang membacakan Risalah Sarang.
Para ulama tampil santai, namun serius. Bahkan dilaporkan banyak canda yang muncul dari dialog para ulama itu. Kaum Nahdliyin terutama para santri seolah mendapat kesaksian salah satu peristiwa penting dalam sejarah perjalanan NU ke depan. Memang, acara itu sedikit diselimuti kabut duka. KH Ahmad Hasyim muzadi, mantan ketua PBNU dua priode kembali ke haribaan Ilahi pada hari yang sama, Kamis, 16 Maret lalu, pukul 06.15 di Kota Malang, Jawa Timur, dan dimakamkan di Jakarta, sore harinya.
Tentu, sejumlah ulama tak tenang hatinya, antara mengikuti acara dan keinginan segera bertakziah. Apalagi Mbah Moen yang masih memiliki hubungan darah dengan Kiai Hasyim. Kiai Hasyim masih terbilang paman Mbah Moen dari garis ibu. Namun, sejumlah ulama dan hadirin lainnya itu terhibur dengan diselenggarakannya salat gaib dan tahlil untuk Kiai Hasyim.
Selain membahas masalah catatan penting dari hasil silaturahmi nasional ulama nusantara di pondok pesantren Sarang, Rembang. Redaksi juga telah menyajikan rubrik yang tidak kalah menarik lainnya. Seperti, wawancara dengan para tokoh NU tentang pengembangan ekonomi umat. Ada lagi rubrik fikroh menampilkan tulisan dari budayawan NU tentang muhasabah kebangsaan dan rubrik lainnya.
Ulasan
Belum ada ulasan.