Dr. KH. Zakky Mubarak, MA (Mustasyar PBNU)
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. يَا أَيُهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: وَلَوۡ يُعَجِّلُ ٱللَّهُ لِلنَّاسِ ٱلشَّرَّ ٱسۡتِعۡجَالَهُم بِٱلۡخَيۡرِ لَقُضِيَ إِلَيۡهِمۡ أَجَلُهُمۡۖ فَنَذَرُ ٱلَّذِينَ لَا يَرۡجُونَ لِقَآءَنَا فِي طُغۡيَٰنِهِمۡ يَعۡمَهُونَ. قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسُ، وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ؛ أَفْضَلُ مِنَ الْمُؤْمِنَ الَّذِي لَا يُخَالِطُ النَّاسَ، وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah
Allah s.w.t. berfirman:
وَلَوۡ يُعَجِّلُ ٱللَّهُ لِلنَّاسِ ٱلشَّرَّ ٱسۡتِعۡجَالَهُم بِٱلۡخَيۡرِ لَقُضِيَ إِلَيۡهِمۡ أَجَلُهُمۡۖ فَنَذَرُ ٱلَّذِينَ لَا يَرۡجُونَ لِقَآءَنَا فِي طُغۡيَٰنِهِمۡ يَعۡمَهُونَ
Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimangan di dalam kesesatan mereka. (QS. Yunus, 10:11).
Ayat ini menjelaskan sifat dan wajah asli dari tabiat manusia, apabila mereka tidak memperoleh petunjuk dari Allah s.w.t., niscaya mereka akan tercampakkan dalam penderitaan dan kesengsaraan, baik pada masa kini maupun pada masa yagn akan datang. Wajah asli bagi tabiat manusia, mereka selalu terjebak dalam keingingan yang serba cepat, sehingga mereka menuntut agar disegerakan datangnya azab atas diri mereka. Ketika mereka diperingatkan dengan datangnya suatu bencana, mereka menantang agar bencana itu segera datang. Demikian juga pada saat mereka digembarikan dengan balasan yang baik, juga ingin cepat diraihnya. Mereka tidak menyadari bahwa semua itu, baik datangnya azab maupun datangnya rahmat adalah atas kehendak Allah s.w.t.. Semua itu terjadi dengan ketetapan dan takdir-Nya yang telah ditentukan.
ٱسۡتِكۡبَارٗا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَمَكۡرَ ٱلسَّيِّيِٕۚ وَلَا يَحِيقُ ٱلۡمَكۡرُ ٱلسَّيِّئُ إِلَّا بِأَهۡلِهِۦۚ فَهَلۡ يَنظُرُونَ إِلَّا سُنَّتَ ٱلۡأَوَّلِينَۚ فَلَن تَجِدَ لِسُنَّتِ ٱللَّهِ تَبۡدِيلٗاۖ وَلَن تَجِدَ لِسُنَّتِ ٱللَّهِ تَحۡوِيلًا
Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu. (QS. al-Fathir, 35:43).
Semua kejadian yang dialami oleh manusia dan makhluk lain, semuanya berdasarkan pada sunnatullah yang bersifat tetap dan pasti. Sunnatullah itu, merupakan hukum-hukum yang ditakdirkan Allah dalam kehidupan semua makhluk, dan tidak ada yang dapat mengubahnya selain Allah s.w.t..
سُنَّةَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلُۖ وَلَن تَجِدَ لِسُنَّةِ ٱللَّهِ تَبۡدِيلٗا
Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu. (QS. al-Fath, 48:23).
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Tabiat asli manusia sebelum memperoleh petunjuk dari Allah s.w.t. selalu bersifat tergesa-gesa, dan menginginkan segala sesuatunya terwujud secara cepat. Mereka mengharap kebaikan sebagaimana mereka mengharap datangnya keburukan.
وَيَدۡعُ ٱلۡإِنسَٰنُ بِٱلشَّرِّ دُعَآءَهُۥ بِٱلۡخَيۡرِۖ وَكَانَ ٱلۡإِنسَٰنُ عَجُولٗا
Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. (QS. al-Isra, 17:11).
Manusia pada dasarnya tidak memiliki kesabaran yang maksimal, sehingga selalu terjebak dalam ketergesaan. Padahal mereka seharusnya menyadari bahwa segala sesuatu itu memerlukan proses yang wajar.
خُلِقَ ٱلۡإِنسَٰنُ مِنۡ عَجَلٖۚ سَأُوْرِيكُمۡ ءَايَٰتِي فَلَا تَسۡتَعۡجِلُونِ
Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera. (QS. al-Anbiya, 21:37).
Keinginan yang tergesa-gesa untuk memperoleh kebaikan dan kesuksesan pada manusia adalah karena keinginan mereka yang sangat tinggi untuk memanfaatkan sesuatu dalam waktu dekat. Padahal segala sesuatu memerlukan kesabaran yang tinggi. Tidak mungkin seseorang akan mencapai suatu kesuksesan tanpa berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meniti jalan kesukesan tersebut. Kecenderungan manusia yang sangat tergesa-gesa untuk datangnya suatu siksa, bahaya atau malapetaka, keinginan itu timbul karena kedurhakaan dan keingkaran mereka pada petunjuk Nabi s.a.w..
Tujuan mereka agar segera didatangkannya azab itu adalah dalam rangka memperolok-olokkan terhadap tuntunan Nabi s.a.w. dan Kitab Suci. Keinginan mereka agar segera didatangkan azab sebetulnya merupakan sikap manusia yang berputus asa dalam hidupnya, sehingga ia ingin mati secepatnya. Keinginan dan permintaan mereka dengan nada pemperolok-olok itu dijawab dengan tegas: Sekiranya Allah memperkenankan doa dan permintaan manusia agar ditimpakan azab kepada mereka, sesungguhnya merupakan kebodohan dari diri mereka sendiri.
Permintaan seperti ini sering disampaikan oleh orang-orang musyrik Mekkah pada Nabi Muhammad s.a.w. yang ditugaskan sebagai Nabi untuk menyadarkan umat manusia dan mengantarkan mereka kepada kebajikan. Orang-orang musyrik sering menuntut kepada Nabi berbagai hal yang tidak masuk akal, seperti disegerakannya azab atau disegerakannya rahmat dari Allah. Sikap seperti itu merupakan pembangkangan yang sangat nyata terhadap risalah yang disampaikan oleh para nabi dan rasul.
Kaum Muslimin yang kami muliakan
وَيَسۡتَعۡجِلُونَكَ بِٱلسَّيِّئَةِ قَبۡلَ ٱلۡحَسَنَةِ وَقَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِهِمُ ٱلۡمَثُلَٰتُۗ وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغۡفِرَةٖ لِّلنَّاسِ عَلَىٰ ظُلۡمِهِمۡۖ وَإِنَّ رَبَّكَ لَشَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ
Mereka meminta kepadamu supaya disegerakan (datangnya) siksa, sebelum (mereka meminta) kebaikan, padahal telah terjadi bermacam-macam contoh siksa sebelum mereka. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia sekalipun mereka zalim, dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar sangat keras siksanya. (QS. al-Ra’du, 13:06).
Sekiranya Allah menghendaki datangnya suatu azab yang menimpa orang-orang kafir, pastilah azab itu akan datang dengan segera, pada saat mereka tidak menyadarinya dan tidak menduga sama sekali.
وَيَسۡتَعۡجِلُونَكَ بِٱلۡعَذَابِ وَلَوۡلَآ أَجَلٞ مُّسَمّٗى لَّجَآءَهُمُ ٱلۡعَذَابُۚ وَلَيَأۡتِيَنَّهُم بَغۡتَةٗ وَهُمۡ لَا يَشۡعُرُونَ
Dan mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Kalau tidaklah karena waktu yang telah ditetapkan, benar-benar telah datang azab kepada mereka, dan azab itu benar-benar akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, sedang mereka tidak menyadarinya. (QS. al-Ankabut, 29:53).
Orang-orang kafir disebabkan oleh keingkaran mereka terhadap al-Qur’an, berani berdoa agar disegerakannya azab, sekiranya yang disampaikan oleh para nabi itu adalah benar.
وَإِذۡ قَالُواْ ٱللَّهُمَّ إِن كَانَ هَٰذَا هُوَ ٱلۡحَقَّ مِنۡ عِندِكَ فَأَمۡطِرۡ عَلَيۡنَا حِجَارَةٗ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ أَوِ ٱئۡتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٖ
Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: “Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih”. (QS. al-Anfal, 08:32).
Sebagaimana orang-orang kafir pada umumnya, kaum musyrikin juga mengingkari adanya hari kiamat sehingga mereka menantang para rasul agar segera didatangkan hari kiamat tersebut.
يَسۡتَعۡجِلُ بِهَا ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِهَاۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مُشۡفِقُونَ مِنۡهَا وَيَعۡلَمُونَ أَنَّهَا ٱلۡحَقُّۗ أَلَآ إِنَّ ٱلَّذِينَ يُمَارُونَ فِي ٱلسَّاعَةِ لَفِي ضَلَٰلِۢ بَعِيدٍ
Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh. (QS. al-Syura, 42:18).
Penolakan orang-orang kafir dan orang-orang musyrik kepada ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad s.a.w. dan meminta segera didatangkannya azab tidaklah semua menolak kebenaran ajaran itu. Tapi tujuannya adalah untuk melemahkan ajaran Nabi dan memperolok-olokannya. Sebagian dari mereka ada yang meyakini bahwa yang disampaikan Nabi itu adalah suatu kebenaran tapi mereka tidak beriman karena sikap keangkuhan mereka dan bersikap dengki terhadap Nabi dan para sahabatnya. Allah s.w.t. tidak akan mengabulkan doa dan permohonan mereka dan tidak menghendaki kehancuran mereka seperti yang pernah dialami oleh umat terdahulu. Allah s.w.t. Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka. Muhammad s.a.w. diutus sebagai nabi dan rasul terakhir kepada seluruh umat manusia dan merupakan rahmat bagi alam semesta. Karena itu diberikan kesempatan kepada mereka untuk bertaubat dan menyadari kekeliruannya sehingga mereka menerima kebenaran dari risalah para nabi dan rasul.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Watak dan tabiat manusia yang belum menerima petunjuk kebenaran, yaitu pada saat mereka ditimpa kecemasan, mereka memohon kepada Allah dengan permohonan yang sungguh-sungguh. Pada saat kecemasan itu telah hilang, mereka melupakannya kembali kepada Allah s.w.t..
وَإِذَا مَسَّ ٱلۡإِنسَٰنَ ٱلضُّرُّ دَعَانَا لِجَنۢبِهِۦٓ أَوۡ قَاعِدًا أَوۡ قَآئِمٗا فَلَمَّا كَشَفۡنَا عَنۡهُ ضُرَّهُۥ مَرَّ كَأَن لَّمۡ يَدۡعُنَآ إِلَىٰ ضُرّٖ مَّسَّهُۥۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلۡمُسۡرِفِينَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ
Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. Yunus, 10:12).
Ayat ini menunjukkan kelemahan dasar yang dimiliki manusia pada saat mereka menerima cobaan dari Allah s.w.t. sehingga mereka sangat bergantung kepada rahmat dan karunia Allah. Pada saat mereka telah terlepas dari ketakutan atau bencana yang mengancam mereka, mereka kembali lupa terhadap rahmat dan karunia Allah tersebut. Pada saat orang menderita sakit, dia ingin disembuhkan dari penyakitnya dan berencana akan berbuat baik dan beramal shaleh setelah mereka sembuh. Begitu mereka sembuh dari penyakitnya, wajah aslinya kembali timbul, yaitu lupa pada Allah s.w.t. yang mengaruniakan kesehatan pada mereka.
Sebagian manusia pada saat berlayar di tengah lautan, kemudian ditimpa badai dan ombak yang dahsyat, mereka sangat ngeri dan cepat berdoa mohon keselamatan dari Allah s.w.t.. Pada saat mereka telah selamat dan mendarat di bumi, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tabiat asli mereka muncul lagi, yaitu lupa pada Allah s.w.t.. Itulah tabiat dan sikap yang sangat tercela yang harus ditinggalkan setiap orang muslim. Manusia muslim dalam keadaan bagaimanapun, apakah dalam keadaan bagia atau susah, ditimpa keresahan atau memperoleh rahmat, senantiasa tetap ingat dan menyadari akan rahmat dan karunia Allah yang dirasakan dalam semua kehidupannya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلَهُ, أَرْسَلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. اَللّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلًا وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمْسُلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ اَللّهُمَّ أَصْلِحِ الرُعَاةَ وَالرَّعِيَّةَ وَاجْعَلْ إِنْدُوْنِيْسِيَّا وَدِيَارَ الْمُسْلِمِيْنَ آمِنَةً رَخِيَّةً رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فىِ السِّرِّ وَالْعَلَنِ وَجَانِبُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.